Komisi VII DPR Tegaskan PT. Vale Cuma Pantas Kelola 25 Ribu Hektare

  • Bagikan
TINJAU LAHAN. Rombongan Komisi VII DPR RI dipimpin Andi Ridwan Wittiri meninjau langsung lokasi lahan tambang nikel PT. Vale Indonesia di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, Kamis (15/9). (FOTO: FAJAR)

MAKASSAR, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Rombongan Komisi VII DPR RI dipimpin Andi Ridwan Wittiri meninjau langsung lokasi lahan tambang nikel PT. Vale Indonesia di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, Kamis (15/9).

Rombongan Komisi yang membidani energi dan sumber daya mineral ini diterima oleh Direktur Utama PT Vale Indonesia, Febriany Eddy.

Dalam peninjauannya tersebut, Komisi VII menemukan lambatnya proses pengelolaan lahan tambang yang sesuai izinnya seluas 118 ribu hektare.

Salah satu anggota Komisi VII dari fraksi PAN Nasril Bahar mempertanyakan luas lahan yang telah di garap PT Vale (INCO) Indonesia. Hal tersebut ia tanyakan setelah mendapatkan informasi mengenai lambatnya pengelolaan lahan tambang di lokasi tersebut.

“Saya tanya dari 118.000 Ha, berapa yang telah dikerjakan Vale selama 54 tahun, lalu dijawab oleh Vale hanya 6.000-7000 Ha saja, sehingga saya merasa pekerjaan Vale sangat lambat sehingga sudah sangat pantas kalau hanya mendapat izin mengelola seluas 25.000 Ha saja dan sisa lahan agar dikembalikan ke pemerintah,” Kata Nasril di sela peninjauan.

Sementara anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Demokrat, Rusda Mahmud saat melakukan peninjauan ke PT Vale di Luwu Timur juga menagih janji investasi pembangunan smelter senilai Rp60 trilliun yang belum di realisasikan.

“Kita masih ingat betul kontrak karya tahun 2014 lalu, dimana PT Vale akan menginvestasikan pembangunan pabrik smelter senilai 4 milliar USD di wilayah Morowali Sulteng dan Pomalaa Sultra,” ucap Rusda Mahmud di hadapan Direktur Utama PT Vale Indonesia, Febriany Eddy.

Untuk informasi, PT Vale mendapat pengelolaan konsesi seluas 118.017 hektare meliputi Sulawesi Selatan (70.566 hektare), Sulawesi Tengah (22.699 hektare), dan Sulawesi Tenggara (24.752 hektare).

PT Vale Indonesia menambang nikel laterit untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel dalam matte. Rata-rata volume produksi nikel per tahun mencapai 75.000 metrik ton.

Hingga tahun 2020, Pemerintah mencatat cadangan nikel di Indonesia mencapai 72 juta Ton Ni termasuk limonite. Jumlah tersebut merupakan 52 persen dari cadangan yang tercatat di dunia.

Salah satu pengelola terbesar cadangan nikel tersebut adalah PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Salah satu area tambang utama Vale berada di Sorowako, Sulawesi Selatan dengan total luas area tambang mencapai 70.566 hektare. (fajar/aln)

  • Bagikan