RSUD Prof. W. Z. Johannes Langsung Adakan Alat Cuci Darah Khusus Anak

  • Bagikan
BERI KETERANGAN. Ketua IDAI NTT, dr. Woro Indri Padmosiwi memberi keterangan kepada koran ini, Rabu (19/10) di RS Wira Sakti Kupang. (FENTY ANIN/TIMEX)

Antisipasi Ancaman Gagal Ginjal Akut pada Anak

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Merebaknya penyakit gagal ginjal akut yang penyebabnya masih misterius membuat pihak RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes mengambil langkah antisipasi. Manajemen RSUD Prof. Johannes mengadakan alat cuci darah khusus bagi anak, dan akan segera tiba.

Alat yang didatangkan pihak RSUD W. Z. Johannes, untuk membantu penanganan penyakit gagal ginjal akut misterius yang sedang melanda Indonesia, khususnya di NTT.

Wadir Pelayanan RS Johannes Kupang, dr. Stefanus Soka menambahkan, pasca kasus itu terjadi, di Indonesia, pihaknya berupaya agar alat cuci darah bagi anak harus dimiliki rumah sakit di NTT, khususnya RSUD Johannes Kupang.

Ia mengaku, alat cuci darah pada umumnya sama. Namun, khusus bagi anak, ada komponen khusus yang harus dilengkapi. Karena, komponen itu akan disesuaikan dengan berat badan anak-anak.

"Tiga hari lalu kita sempat menghubungi penyedia dan pihak penyedia menjanjikan dalam waktu dekat akan menghadirkan kebutuhan dari RS Johannes. Semoga di bulan ini, kalau tahun ini kelamaan," kata Stef, saat diwawancarai per telepon, Jumat (21/10).

Dokter Stef menjelaskan, sejauh ini belum ada peningkatan pasien khusus anak di RSUD W. Z. Johannes Kupang setelah adanya penyakit gagal ginjal.

Kalaupun ada lonjakan kasus, kata dia, pihaknya juga telah menyiapkan semacam warning sistem guna mengantisipasi hal tersebut.

Pihak rumah sakit juga perlu melakukan diagnosa terhadap penyakit yang diderita. Dengan begitu maka dilanjutkan dengan penyiapan sarana prasarana, termaksuk obat-obatan.

Pihaknya berharap agar gagal ginjal ini tidak meluas di NTT. Walau begitu, perlu ada langkah antisipasi dari rumah sakit.

Dokter Stef menambahkan, kalau ada penyakit gagal ginjal akut, dokter anak yang ada di NTT akan membantu untuk upaya penelusuran. "Sehingga bisa diketahui apakah penyakit gagal ginjal akut ini seperti yang lagi viral ini atau ada penyebab lainnya, misalnya infeksi dan lainnya," jelasnya.

Rumah sakit juga terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk menyampaikan adanya kecurigaan penyakit gagal ginjal. Penanganan gagal ginjal akut pada anak, demikian dr. Stef, dilakukan dengan berusaha untuk mendatangkan alat cuci darah khusus anak. Sehingga, rumah sakit di NTT bisa melakukan penanganan.

Koordinasi dengan pemerintah, menurut dr. Stef, terus dilakukan. Terutama dalam penanganan medis dalam sarannya. Imbauan sebagai upaya antisipasi lonjakan kasus juga telah disampaikan ke semua rumah sakit di NTT.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi NTT, dr. Woro Indri Padmosiwi, mengaku sejauh ini belum ada lonjakan pasien anak di NTT, setelah adanya kasus gagal ginjal akut.

Bila ada lonjakan kasus, dr. Woro menyarankan untuk melapor ke IDAI agar bisa ditindaklanjuti lebih lanjut.

IDAI NTT tidak hanya mengimbau kepada orang tua untuk waspada dan memperhatikannya pola konsumsi anak saja, tetapi juga mengingatkan seluruh dokter anak di Provinsi NTT untuk melapor bila menemui kasus gagal ginjal misterius.

"Kita sudah sebarkan seperti apa gejalanya dan link-nya bila terdapat kasus itu agar nantinya bisa ditindaklanjuti," ujarnya.

Menurutnya, bila terlambat memeriksakan diri atau mendapat penanganan maka dapat memperparah kondisi anak. Selain itu orangtua harus memberikan keterangan yang jujur mengenai obat apa saja yang sebelumnya diberikan pada anak.

IDAI NTT sendiri mengimbau para orangtua dengan anak berumur di bawah 18 tahun bila kondisi demam, infeksi saluran nafas akut, pilek, mual atau muntah hingga mencret maka, apakah tidak kencing dalam waktu lama atau lebih dari 12 jam.

Ada juga urin berwarna merah atau ada bengkak di badan, maka perlu segera ditangani sebelum terlambat anak dengan kondisi tersebut. "Bila kondisi seperti itu, bawa segera ke rumah sakit," imbaunya.

"Saya selaku Ketua IDAI NTT sudah berkoordinasi secara informal dengan Wadir Pelayanan, dr Stef Soka, Sp.B dan penanggung Jawab instalasi Hemodialisa, dr. Stephany, Sp.PD, konsultan untuk melengkapi alat dialisa buat anak-anak. Diusahakan secepatnya untuk segera mungkin didapat alatnya dan segera digunakan bila ada yang membutuhkan," tambah dr. Woro. (r2)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan