8 Pimpinan Parpol Tolak Sistem Proporsional Tertutup Pemilu 2024, Ini Alasannya

  • Bagikan
TOLAK SISTEM PROPORSIONAL TERTUTUP. Elite parpol di parlemen berkumpul membahas sistem proporsional tertutup di Hotel Darmawangsa, Jakarta, Minggu (8/1). (FOTO: Istimewa)

JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sebanyak delapan Ketua Umum (Ketum) Partai Politik (Parpol), menyatakan dengan tegas menolak sistem proporsional tertutup pada Pemilu 2024. Pernyataan itu menyusul adanya wacana penerapan sistem pemilu proporsional tertutup pada pemilu mendatang yang tengah diuji materi di Mahkamah Konstitusi (MK).

Delapan pimpinan parpol yang menolak sistem itu tidak termasuk PDI Perjuangan yang memang sejak awal getol memperjuangkan penerapan sistem proporsional tertutup pada Pemilu 2024. Sebagaimana diketahui, PDI Perjuangan merupakan partai penguasa atau partai yang menjadi pemenang pada Pemilu 2019 lalu.

Sementara delapan parpol yang tegas menolak penerapan sistem proporsional tertutup itu, yakni Partai Golkar, PKB, Partai NasDem, PPP, PAN, Partai Gerindra, dan PKS.

Ketum Partai Golkar, Airlangga Hartarto mengungkapkan alasan menolak sistem pemilu proporsional tertutup tersebut.

Menurut dia, sistem tersebut merupakan kemunduran demokrasi yang perlu dilawan. “Pertama, kami menolak dan memiliki komitmen menjaganya komitmen demokrasi ini,” kata Airlangga kepada wartawan dalam konferensi pers di Hotel Darmawangsa, Jakarta Selatan, Minggu (8/1/2023).

Lebih lanjut, Airlangga menilai bahwa sistem pemilu proporsional terbuka merupakan sistem yang tepat untuk Pemilu 2024 mendatang. Karena itu, lanjut Menko Perekonomian tersebut, tidak ada alasan untuk merubah sistem pemilu proporsional terbuka saat ini. Apalagi sudah diterapkan pada tiga pemilu sebelumnya.

“Sistem proporsional pemilu tertutup adalah kemunduran demokrasi. Kami tidak ingin demokrasi mundur. Sistem proporsional terbuka pemilihan tepat dan sesuai keputusan MK,” tutur dia.

Hal senada disampaikan Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). AHY juga menolak sistem proporsional pemilu tertutup. AHY menilai sistem pemilu proporsional tertutup berpeluang terjadinya politik uang dan coast politik yang mahal.

“Kami menolak sistem pemilu proporsional tertutup, dan pertemuan ini sangat penting untuk menjaga demokrasi,” kata AHY.

Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu juga menilai sistem pemilu proporsional tertutup berpotensi mencurangi demokrasi. "Jika tertutup rakyat tidak bisa memilih langsung wakilnya bisa saja mencurangi demokrasi,” tuturnya. “Kita tidak mau beli kucing di dalam karung. Oleh karena itu terbuka nasional dijalankannya sesuai dengan UU,” tandas AHY.

Penegasan yang sama juga diungkapkan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan. Kemudian, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai NasDem yang diwakili oleh Wakil Ketua Umum (Ketum) Ahmad Ali dan Johnny G. Plate, serta Partai Gerindra. Mereka kompak menyatakan menolak sistem pemilu proporsional tertutup. (pojoksatu/fajar)

  • Bagikan