Peduli Stunting, Klasis Kota Kupang Timur Terima Penghargaan

  • Bagikan
TERIMA PENGHARGAAN. Ketua Klasis Kota Kupang Timur, Pdt Samuel Pandie terima penghargaan sebagai gereja peduli stunting dari Pemerintah Kota Kupang yang Kadis Kesehatan Ruth Laiskodat, didampingi Penjabat Wali Kota Kupang, George Hadjoh di Puskesmas Oesapa, Selasa (4/4). (FENTI ANIN/TIMEX).

Jadi Orang Tua Asuh Bagi Anak Stunting

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Ketua Klasis Kota Kupang Timur, Pdt Samuel Pandie menerima penghargaan gereja peduli stunting, orang tua asuh bagi anak stunting. Penghargaan ini diberikan oleh Pemerintah Kota Kupang dan diserahkan oleh Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi NTT, Ruth Laiskodat didampingi Penjabat Walikota Kupang, George Hadjoh di Puskesmas Oesapa, Selasa (4/4).

Pdt Samuel Pandie mengatakan, strategi yang dilakukan oleh gereja-gereja di Klasis Kota Kupang Timur, adalah langsung mengantarkan makanan ke anak-anak yang menjadi sasaran.

Dia mengaku, pihak gereja bekerja sama dengan kader Posyandu dan Puskesmas, untuk memberikan pelatihan penyajian makanan sehat bagi anak, bahan makanan, dan langsung pemberian makanan.

"Selama ini sudah berjalan, sama seperti memindahkan cara bersekolah minggu ke jemaat, melakukan pendekatan dengan masuk dalam dunia anak, dan berjalan baik sudah tiga bulan ini," katanya saat diwawancarai di Kantor Klasis Kota Kupang Timur, Selasa (4/4).

Pdt Samuel menjelaskan, stunting merupakan masalah dunia masalah nasional dan provinsi maupun kabupaten dan kota. Apa lagi NTT provinsi penyumbang stunting terbesar. Stunting pada prinsipnya tentang masalah gizi pada anak, gereja mengamati peran pemerintah selama ini, gereja tidak bisa membiarkan pemerintah berjalan sendiri karena bagaimanapun masalah stunting adalah tentang kemanusiaan.

"Stunting merupakan masalah bagi generasi kita yang juga adalah bagian dari gereja. Stunting juga penyumbang terbesarnya adalah jemaat GMIT, Misalnya di Kelurahan Oesapa saja ada 328 anak stunting, karena itu gereja harus hadir," jelasnya.

Disebutkan pada persidangan di GMIT Efata Liliba memutuskan untuk peduli terhadap stunting memberikan edukasi dan pendampingan. Karena ada juga anak stunting yang berasal dari keluarga mampu, sehingga sangat penting edukasi terhadap orang tua.

"Karena itu kita bekerja sama dengan Puskesmas Oesapa dan menyiapkan dana untuk pemberian makanan tambahan selama 3 bulan. Kita bersyukur karena baru melakukan penanganan selama dua minggu, dari 518 anak terjadi penurunan 50 persen sehingga kami optimis dapat menurunkan angka stunting," terangnya.

Dia mengklaim bahwa stunting tidak akan selesai tetapi selama masih ada perhatian dan kepedulian terhadap generasi, maka tindakan sekecil apapun dapat menolong mereka.

"Kami sendiri kaget mendapatkan penghargaan, menjadi gereja yang memberi perhatian terhadap stunting. Sebenarnya dalam Gereja kita tidak diajarkan menerima penghargaan untuk kebaikan, penghargaan ini membuat kami semakin bekerja keras, jangan hanya sekedar menjadi program dan sensasi saja tapi bagaimana pertanggungjawaban kepada Tuhan," tambahnya.

Dia mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan, mari semua bergandengan tangan menurunkan angka stunting. "Biarkan uang di khas jemaat habis untuk membantu masyarakat, di mana ada kemiskinan di situ gereja harus ada. Di mana ada kebaikan maka selalu ada jalan," tandasnya.

Lanjutnya, Klasis Kota Kupang Timur, ada tiga teritori, dimulai dari teritori 1 ada 11 gereja, setelah ini dilanjutkan ke teritori dia ada 10 gereja dan teritori tiga ada 14 gereja, totalnya ada 35 jemaat. Cara kerjanya juga tetap sama bekerja kolaborasi dengan pemerintah, edukasi dan pemberian makanan secara langsung kepada anak. (r2)

Editor: Intho Herison Tihu

  • Bagikan