Sumber Mata Air Wae Darah Banyak Nganggur, Ini Permintaan Warga Satar Kampas ke Pemerintah

  • Bagikan
Kepala UPTD SPAM Matim, Fransiskus Yun Aga saat memberi sosialisasi di Desa Satar Kampas, Kecamatan Lamba Leda Utara, Matim, Jumat (16/6). (FOTO: ISTIMEWA/Dok. UPTD SPAM)

BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sebagian masyarakat di Desa Satar Kampas, Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), sudah menikmati air bersih yang dibangun Pemerintah setempat dari sumber mata air Wae Darah. Namun sebanyak 400 lebih rumah tangga, berharap mereka juga bisa dilayani pasokan air bersih dari sumber yang sama.

"Pemda Matim melalui Dinas PUPR, telah bangun air bersih bersumber dari Wae Darah untuk masyarakat Desa Satar Kampas. Dalam program ini, ada 100 Sambungan Rumah (SR) yang telah dibangun," jelas Kepala Unit Pelaksana Teknis Sistem Penyediaan Air Minum (UPTD SPAM) Matim, Fransiskus Yun Aga, kepada TIMEX di Borong, Jumat (16/6).

Fransiskus yang lebih akrab disapa Kevin menjelaskan, dari jumlah 100 SR yang dibangun itu, sebanyak 71 unitnya ada di Desa Satar Kampas. Sementara sebanyak 29 SR untuk melayani warga di Desa Satar Punda, khususnya rumah tangga yang dilewati jaringan distribusi air bersih. Lebih tepatnya di Kampung Tumbak. Selain itu, dari 100 SR yang ada, sebanyak 84 SR sudah diaktifkan menjadi pelanggan UPTD SPAM.

"Pembangunan air bersih yang bersumber dari Wae Darah ini sasaranya untuk Desa Satar Kampas. Namun karena jaringan distribusi lewat sejumlah rumah di Kampung Tumbak, maka ada 29 SR itu dibangun di sana. Sementara 71 SR ada di Desa Satar Kampas, tepatnya di Kampung Waso. Kita sudah aktifkan 84 SR, dan 16 SR lain masih dalam proses," jelas Kevin.

Kevin melanjutkan, setelah sosialiasi di Desa Satar Kampas yang berlangsung di gedung PAUD Kampung Waso, Senin (11/6/2023), tercatat sebanyak 22 kepala keluarga di Kampung Waso yang mengajukan pemasangan SR secara mandiri.

Kapasitas Wae Darah itu sendiri masih sangat tersedia alias masih banyak yang nganggur, dimana saat ini kondisinya 10 liter per detik.

"Kapasitas Wae Darah ini masih banyak yang nganggur. Saat sosialisasi banyak masyarakat yang usul agar pembagunan air minum ini tidak hanya sampai di Kampung Waso, tapi lanjut ke kampung lain dalam wilayah Desa Satar Kampas. Karena Kampung Waso ini pas di bagian hulu desa. Jadi kemarin pembagunan air bersih belum sampai di pertengahan desa," kata Kevin.

Dikatakan, sesuai informasi dari Pemerintah Desa Satar Kampas, masih ada sekira 400-an rumah tangga di luar Kampung Waso yang belum terlayani, karena jaringan distribusi belum sampai.

Menurut Kevin, usulan warga bersama Pemerintah Desa Satar Kapas dalam sosilisasi itu, tentunya dicatat dan akan disampaikan ke Dinas PUPR. Apalagi saat sosialisasi itu hadir juga anggota DPRD Matim, Ambrosius Don.

Bahkan, kata Kevin, Kepala Desa Satar Punda yang hadir dalam sosilisasi itu juga mengusulkan agar wilayah desanya dibangun jaringan air bersih karena kapasitas air baku Wae Darah masih sangat cukup. Tentu tidak berbagi dari sumber yang sasaran ke desa Satar Kampas, tapi bangun yang baru. Jarak sumber itu dari Kampung Tumbak sekira 7 Km.

"Kalau untuk sumber air baku Wae Darah ini, masih banyak yang terbuang. Jadi kalau mau bangun baru untuk Desa Satar Punda, masih sangat cukup. Kondisi kalinya besar, dan lokasinya di hutan. Sementara usulan dari desa Satar Kampas untuk sekira 400-an rumah tangga, dari kapasitas produksi air tidak ada masalah, karena masih sangat cukup. Tapi kendalanya jaringan distribusi," bilang Kevin.

Menurut Kevin, tentu dengan kapasitas jaringan distribusi yang sudah dibangun ini, jika dipaksanakan untuk melayani 400 lebih rumah tangga di Satar Kampas, maka akan mengganggu pelayanan bagi 100 SR yang di Kampung Waso dan Tumbak. Solusinya, harus tingkatkan jaringan distribusi yang ada. Saat ini pelayanan untuk 100 SR di dua kampung tersebut, berlaku 24 jam alias tidak bergilir.

"Di sini permintaan tinggi untuk SR, tapi kendalanya bukan kapasitas airnya, tapi pipa jaringan distribusi. Jadi kondisi jaringan distribusi yang sudah ada ini kecil, sehingga kalau dipaksakan, pasti akan mengganggu pelayanan untuk SR lainya. Solusinya, harus peningkatan jaringan pipa distribusi," katanya.

Kevin menambahkan, masyarakat begitu antusias menghadiri sosialisasi dari UPTD SPAM. Selain adanya sejumlah permintaan, pada umumnya warga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemkab Matim, karena sudah dapat melayani air minum bersih ke wilayah tersebut. "Warga juga berharap kepada pemerintah untuk bisa kerja sama dalam hal menjaga keseimbangan alam," tuturnya.

Hal tersebut mengingat sumber air yang ada itu harus dijaga bersama. Jangan sampai adanya aktifitas pembangunan yang berdampak pada perusakan hutan, supaya adanya keberlanjutan. Warga ingin, agar pembangunan yang dilakukan hendaknya berkoordinasi dengan pemangku adat. "Di sini lebih pada kearifan lokal," katanya. 

Kevin menambahkan, saat ini, air yang mengalir ke 100 SR dari SPAM Wae Darah masih berlaku 24 jam. "Nanti kita lihat kondisi kapasitas air saat puncak kemarau. Pengaktifan bagi 84 SR di sana terhitung Juni 2023 dan pembayaran mulai Juli 2023," janji Kevin.

Pada kegiatan sosialisasi itu hadir juga Kapolsek Lamba Leda. Kapolsek meminta warga untuk menjaga aset air bersih yang ada. Warga juga diingatkan untuk tidak boleh melakukan perusakan terhadap fasilitas tersebut, karena akibatnya bisa berurusan dengan hukum. Saat itu hadir juga Babinsa, Sekcam Lamba Leda Utara, Kades Satar punda, dan Penjabat Kades Satar Kampas. (*)

Penulis : Fansi Runggat

  • Bagikan