Kemarau Picu Produksi Air Minum di Matim Turun Drastis

  • Bagikan
Kepala UPTD SPAM Matim, Fransiskus Yun Aga. (FOTO: ISTIMEWA)

BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Musim kemarau yang melanda wilayah Kabupaten Manggarai Timur (Matim) dan sekitarnya menyebabkan debit air di wilayah itu turun drastis. Akibatnya, sokongan untuk mendukung produksi air baku di Unit Pelaksana Teknis Daerah Sistem Penyediaan Air Minum (UPTD SPAM) setempat, mengalami penurunan. Hal itu menyebabkan pelayanan air ke sejumlah pelanggan terganggu.

"Saat ini debit air baku pada sejumlah sumber mengalami penurunan. Seperti sumber air Wae Tabar di wilayah Kecamatan Sambi Rampas. Kondisi sumber air itu sampai hari ini tidak bisa dimaksimalkan untuk melayani seluruh pelanggan yang berdomisi di Pota," ujar Kepala UPTD SPAM Matim, Fransiskus Yun Aga kepada media ini di Borong, Selasa (29/8).

Fransiskus yang akrab disapa Kevin mengatakan, penurunan kapasitas air baku juga terjadi pada sumber Rana Poja di wilayah Kecamatan Lamba Leda Timur. Debit air di wilayah itu terdata hanya mengali 10 liter per detik.

Terjadi penurunan yang cukup drastis yang mencapai 3,5 liter per detik. Dengan demikian, pelayanan untuk wilayah Bea Muring, dan sekitarnya tetap diberikan namun dengan kondisi terjadwal atau bergilir.

Penurunan debit juga terjadi pada dua sumber mata air lainnya di wilayah Wukir, Kecamatan Elar Selatan. Sebagaimana penjelasan Kevin bahwa dua sumber air yang menjadi andalan, yakni sumber Lando Manuk dan Liang Kalo untuk saat ini tak bisa diandalkan. Untuk dua sumber mata air itu, hanya mampu dengan kapasitas 9 liter per detik dari sebelumnya 13 liter per detik. Namun karena dengan kondisi jumlah Sambungan Rumah (SR) yang ada di wilayah tesebut masih bisa untuk dilayani 24 jam.

Kevin melanjutkan, fenomena yang sama juga terjadi di Mukun, Kecamatan Kota Komba Utara. Produksi air baku di wilayah ini hanya 1,5 liter per detik dari normalnya 7 liter per detik. Dampaknya, dilakukan pelayanan bergilir kepada pelanggan.

Peristiwa terjadi penurunan debit air akibat musim kemarau itu telah berjalan selama dua bulan. Sementara kapasitas produksi air bersih untuk wilayah Borong, ibu kota Kabupaten Matim, masih aman.

"Kalau untuk wilayah Mukun sendiri, produksi air baku cendrung menurun setiap tahun. Tidak saja karena musim kering, tapi juga musim puncak. Kami sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Kemungkinan terjadi perambahan hutan, dan aktifitas lain di sekitar hulu. Sementara wilayah Borong, produksi masih aman, hanya ada masalah pengambilan liar pada pipa transmisi yang bersumber dari Danau Rana Mese," kata Kevin.

Menurutnya, pengambilan liar itu terjadi pada pipa transmisi dari kampung Golo Nderu, Desa Compang Kantar, Kecamatan Rana Mese menuju kampung Jengok, Desa Bangka Kantar, Kecamatan Borong. Pengambilan secara liar oleh sejumlah oknum warga itu untuk kebutuhan rumah tangga atau minum. Juga terjadi di wilayah Desa Wae Ngori, Kecamatan Rana Mese, pengambilan untuk mengairi lahan sawah.

"Pada jalur Golo Nderu-Jengok, ada 15 titik yang diambil liar dengan cara pipa dilubang. Sedangkan untuk jalur Comu ke Kali Wae Laku, Desa Wae Ngori, ada dua titik. Pengambilan liar ini, berdampak penurunan debit untuk SR wilayah Jengok dan Mondo. Saya sendiri bersama petugas lakukan inspeksi jalur, dan setelah kita temukan masalahnya, langsung diperbaiki," ujarnya.

Kevin menegaskan, terhadap oknum yang diduga pelaku, pihaknya tidak langsung mengambil sikap untuk proses secara pidana. Namun dilakukan upaya pendekatan secara personal dan sosialisasi terbatas. Tentu jika masih mengulangi perbuatanya, maka kemudian dilakukan sangsi sesuai peraturan yang berlaku. Saat ini pihaknya fokus menjaga jalur pipa air yang masuk melayani wilayah kota Borong.

"Akibat pengambilan liar ini, produksi air dari Danau Rana Mese untuk melayani SR di Jengok sekitar dan Mondo, terjadi penurunan kapasitas dari sebelumnya 5 liter per detik dan turun jadi 1,7 liter per detik. Fokus kita saat ini, menjaga jaringan yang ada dengan melakukan inspeksi dan pemeliharaan. Jika kita temukan ada yang ambil liar, maka hal pertama yang dilakukan itu identifikasi, pendekatan secara personal, dan sosialisasi terbatas," katanya.

Menyikapi persoalan penurunan debit air ini, Kevin menyatakan, pihak UPTD SPAM Matim menyampaikan permohonan maaf kepada pelanggan yang ada. Berharap musim hujan cepat tiba, sehingga debit air dan pelayanan ke pelanggan kembali normal. Sembari mengajak semua masyarakat, untuk bersama-sama menjaga keamanan terhadap seluruh sarana atau fasilitas air minum yang sudah dibangun oleh Pemda Matim demi kepentingan bersama. (*)

Penulis: Fansi Runggat

  • Bagikan