Mafia TPPO Dibekingi Oknum Atribut Kekuasaan

  • Bagikan
JEMPUT JENAZAH. Tampak Kepala Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, menyambut jenazah Yati Fatima Tusi, di Kargo Bandara El Tari Kupang, Senin (18/9). (FOTO: IMRAN LIARIAN/TIMEX).

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) gencar diperangi negara. Presiden RI Joko Widodo telah menegaskan kepada Kapolri untuk tindak tegas siapapun yang membekingi, termasuk beking-beking yang ada di instansi-instansi.

"Saya sering katakan kenapa sindikat ini sulit disentuh oleh hukum, karena selalu dibekingi oleh oknum-oknum dengan atribut kekuasaan di negara ini," kata Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, ketika menjemput jenazah Yati Fatima Tusi, di Kargo Bandara El Tari Kupang, Senin (18/9).

Menurutnya, tak sedikit yang menjadi korban dari TPPO dan korban jiwa terus jiwa berjatuhan. "Saya punya catatan selama tiga tahun saya pimpin itu sudah ada 2.345 yang tersebar seluruh Indonesia," jelasnya.

Selanjutnya, untuk PMI yang sakit ada 3.583 orang. Sakit itu secara fisik, hilang ingatan, depresi ringan, depresi berat dan dideportasi ada 5.758 orang.

"NTT adalah provinsi tertinggi untuk angka pemulangan jenazah dan empat jenazah dimakamkan di Malaysia," ungkapnya.

Disebutkan, rata-rata PMI yang berangkat ke luar negeri 7-12 tahun lalu. Potret ini semua, hampir 85 persen berangkat dengan jalur tidak resmi.

"Mereka (PMI.red) berangkat dengan sindikat ilegal dan TPPO," ujarnya.

Presiden RI Joko Widodo memerintahkan kepada Kapolri untuk sikat semua yang beking-beking. Pasca perintah tersebut, jelang tiga bulan itu sekira 900-an orang telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka.

Kemudian 3.000 orang anak bangsa yang menjadi korban tempat penempatan ilegal itu diselamatkan. Bagaimana tidak marah, lanjutnya, seorang bapak kehilangan istrinya, seorang anak kehilangan ibunya.

"Ini yang saya katakan bahwa tidak sulit untuk menangkap calo, ataupun kaki tangan dari sindikat bahkan menangkap para bandar, tekong itu tidak sulit yang penting komitmen pada merah putih," pungkasnya. (r1)

Editor: Intho Herison Tihu

  • Bagikan