Diduga Tak Terjadi Tabrakan di Udara

  • Bagikan
BAGAS BIMANTARA/JAWA POS RADAR MADIUN PEMAKAMAN. Prosesi pemakaman Letkol Yuda Seta, Jumat (17/11).

Terkait Jatuhnya Dua Pesawat

Awak Selamat Sebut Sempat Muncul Awan Tebal yang Halangi Pandangan

BANGIL, TIMEX.FAJAR.CO.ID – Penyebab kecelakaan dua pesawat EMB-314 Super Tucano milik TNI AU yang mengakibatkan empat perwira meninggal masih didalami. TNI AU telah meminta keterangan dari empat awak lain yang selamat saat melakukan latihan profisiensi formasi. Hasil sementara diduga tidak terjadi tabrakan di udara.

Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Agung Sasongkojati mengatakan, pihaknya berbicara langsung dengan empat awak pesawat yang selamat tersebut. Dari mereka diketahui kronologi sebelum terjadinya kecelakaan. ’’Empat pesawat flight dengan baik. Pre-take off dan pre-engine baik,’’ paparnya.

Keempat pesawat take off atau terbang satu per satu sejak pukul 10.51 dari Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (16/11) lalu. Setelah terbang, empat pesawat bergabung membentuk formasi. ’’Masuk ke awan in out atau kondisi awan tipis-tipis,’’ jelasnya.

Namun, tiba-tiba muncul awan tebal yang pekat. Jarak pandang hilang. Pilot tidak mampu melihat pesawat lain terdekat yang hanya berjarak sekitar 30 meter. ’’Pilot lalu menyebut blind atau buta, prosedur yang dilakukan saat dalam kondisi kehilangan pandangan,’’ paparnya.

Lantas, dalam kondisi tersebut, pesawat menjauhkan diri. Itu sesuai prosedur untuk menjauh atau tidak mempertahankan formasi. ’’Sejurus kemudian, saya tidak tahu berapa lama, terdengar suara emergency locator transmitter (LT). Artinya, ada pesawat kehilangan fungsinya,’’ terang Agung menirukan keterangan salah seorang awak pesawat yang selamat.

Tidak berapa lama, terdengar suara atau bunyi LT kedua. Artinya, pesawat kedua kehilangan fungsinya. Dua LT yang berbunyi tidak bersamaan itu menguatkan dugaan pesawat tidak mengalami tabrakan atau senggolan di udara. ’’Kalau tabrakan di udara bunyi bersamaan,’’ terangnya.

Kedua pesawat yang nahas itu adalah Super Tucano TT-3311 dan TT-3103. TT-3311 dipiloti Letkol Pnb Sandhra Gunawan dan Kolonel Adm Widiono Hadiwijaya berada di back seat. Adapun TT-3103 dipiloti Pnb Yuda Anggara Seta, sedangkan Kolonel Pnb Subhan di kursi belakang.

TT-3103 jatuh di jurang di kawasan Perhutani di Watu Gede, Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sedangkan TT-3311 jatuh di tegalan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, persisnya di Desa Wonorejo, Kecamatan Lumbang, juga di Kabupaten Pasuruan. Keempat awak pesawat meninggal.

Saat ini, lanjut Agung, tim menunggu untuk bisa mengetahui data dalam flight data recorder (FDR). FDR saat ini telah ditemukan dan berada di Lanud Abdulrachman Saleh. ’’Tapi, belum dibuka,’’ terangnya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, kemarin.

Menurutnya, terdapat 5 M yang dikaji. Yakni, man, management, machine, medium and mission. Karena kecelakaan bukan akibat satu hal, melainkan akumulasi dari beberapa hal.

Agung mengungkapkan, akan dilakukan perbaikan prosedur penerbangan dalam menghadapi kondisi semacam itu. Sebab, prosedur saat ini hanya mampu menyelamatkan dua pesawat.

’’Perbaikan prosedur diharapkan mampu menyelamatkan keempat-empatnya bila terjadi kondisi yang sama. Kalau bisa jangan sampai kecelakaan untuk perbaikan,’’ jelasnya.

Dia menyebut, hingga saat ini investigasi masih dilakukan internal TNI AU. Dari Pusat Kelayakan dan Keselamatan Penerbangan TNI AU serta skuadron 21. ’’Kami memiliki banyak lulusan investigasi dari luar negeri,’’ paparnya.

Kapan investigasi itu selesai? Agung menyebut belum dapat dipastikan jangka waktunya. ’’Nantinya akan diumumkan,’’ terangnya.

Sementara itu, pakar penerbangan sekaligus mantan KSAU Marsekal (purn) Chappy Hakim menuturkan bahwa kecelakaan pesawat bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Untuk mengetahui penyebabnya hanya bisa dengan menunggu hasil investigasi. ’’Namun, bila berdasarkan informasi pemberitaan, bisa diduga terjadi tabrakan,’’ terangnya.

Meski begitu, dalam penerbangan itu terdapat serangkaian regulasi dan prosedur yang bila ditaati akan bisa menghindari terjadinya kecelakaan. ’’Saat ada gangguan pun ada emergency procedure yang bisa mengurangi kegagalan atau dampak dari gangguan tersebut,’’ paparnya.

Namun, bila ada pengabaian sedikit saja, membuka terjadinya kecelakaan fatal. ’’Kalau kecelakaan juga sudah ada prosedurnya,’’ imbuhnya.

Pemakaman Para Korban

Suara sirene mobil jenazah memecah keheningan di kompleks Taman Makam Pahlawan (TMP) Kota Madiun, Jawa Timur, kemarin. Di dalam mobil tersebut terbujur jenazah Letkol Pnb Anumerta Yuda Anggara Seta yang gugur bersama tiga rekannya dalam menjalankan misi penerbangan latihan di Kabupaten Pasuruan.

Suami Dyah Nurani dan ayah dua putri yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu dimakamkan secara militer dengan dipimpin oleh Danlanud Iswahjudi Marsma TNI Firman Dwi Cahyono. ’’Saat ini, kita mengantar Saudara Yuda yang semasa hidupnya mengabdikan diri melaksanakan saptamarga,’’ kata Firman seperti dilaporkan Jawa Pos Radar Magetan (grup Timex).

Perwira 38 tahun kelahiran Magetan, Jawa Timur itu merupakan lulusan Angkatan Udara tahun 2006. Berkat dedikasi dan pengabdiannya sebagai tentara penjaga langit Indonesia, Yuda diberi kenaikan pangkat dari Mayor menjadi Letkol Penerbang Anumerta.

Edi, salah seorang kerabat Yuda, menyebut almarhum sebenarnya hendak dilantik mengisi jabatan penting di Lanud Abdulrachman Saleh. Kabar promosi itu, lanjut dia, sudah sampai ke telinga keluarga di Magetan. ’’Pelantikan itu rencananya dilaksanakan minggu-minggu ini,’’ ungkapnya.

Sebelum dimakamkan, keempat jenazah perwira disemayamkan di hanggar Skuadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, sejak pukul 06.00. Pada pukul 09.12, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) Marsdya TNI Agustinus Gustaf Brugman tiba bersama istri.

Dia menjadi pemimpin dalam upacara pelepasan empat jenazah. Saat menemui awak media setelah upacara, tangis Agustinus pecah. Dia hanya berkomentar singkat. ”Doakan adik-adik saya ya,’’ ucapnya lirih.

Setelah persiapan pemberangkatan selesai, empat jenazah segera dimasukkan ke kendaraan. Terdiri atas tiga ambulans dan satu pesawat Hercules.

Menurut Kadispen AU Marskal Pertama TNI Agung Sasongkojati, empat jenazah dimakamkan di lokasi yang berbeda. Yuda di Madiun, sedangkan Kolonel Pnb Subhan, Kolonel Adm Widiono Hadiwijaya dan Letnan Kolonel Pnb Sandhra Gunawan dimakamkan di TMP Suropati, Kota Malang.

Agung melanjutkan, selain dilepas secara militer, keempat jenazah mendapat kenaikan pangkat luar biasa untuk penerbang yang gugur. Pangkat tersebut setingkat lebih tinggi dari sebelumnya. ’’Untuk Kolonel Subhan dan Kolonel Widiono menjadi Marsma TNI, Letnan Kolonel Sandhra menjadi Kolonel dan Mayor Seta menjadi Letkol Seta,’’ ungkapnya. (idr/wan/mg1/her/ril/den/mel/c17/ttg/jpg/ays)

  • Bagikan