Waspada Mycoplasma Pneunomia,Dinkes Kota Kupang Keluarkan Edaran

  • Bagikan
drg retnowati.

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID- Masyarakat Kota Kupang diminta untuk mewaspadai kejadian Mycoplasma Pneunomia. Sebab, WHO telah mendeteksi adanya sinyal dan diagnosa Pneumonia pada anak di Cina yang dipublikasikan Dipromet pada 22 November lalu.

Media Cina menginformasikan adanya peningkatan kasus Mycoplasma Pneunomia sejak Mei 2023. Di mana, 3/4 pasien didiagnosa terinfeksi Mycoplasma. Berdasarkan laporan epidemiologi dampak peningkatan kasus Mycoplasma Pneunomia 40 persen, influenza, SAR COV-2 dan lainnya.

Untuk diketahui Mycoplasma merupakan penyakit penyebab umum infeksi respiratori sebelum masa Covid-19, insiden 8,6 persen, insiden 0,7 persen di tahun 2021 sampai 2022. Pathogen ini memiliki periode ini kobayashi yang cukup lama dan penyebaran memerlukan waktu yang lama sehingga disebut sebagai walking pneunomia.

Mycoplasma juga merupakan salah satu penyebab penyakit pneumonia di masyarakat, yang paling banyak dampaknya pada anak-anak penyakit ini muncul pada situasi musim panas untuk negara-negara yang memiliki empat musim.

Terhadap hal ini, Dinas Kesehatan Kota Kupang pun mengeluarkan surat edaran perihal kewaspadaan terhadap kejadian Mycoplasma Pneunomia pada 6 Desember lalu.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati jugabmenjelaskan tentang penyakit pneumonia. drg. Retnowati menyebut, pihaknya sudah menindaklanjuti edaran yang dikeluarkan Kemenkes RI maupun Dinkes NTT terkait penyakit ini.

Menurut dia, Pneumonia hampir sama dengan Covid-19 yakni demam, batuk, pilek menjadi gejala awalnya. Dirinua menduga Pneumonia memiliki kemiripan yang sama dengan Covid-19.

Dikatakan bahwa mutasi virus seperti ini seperti HIV hanya agak sulit mendeteksi. Virus yang mutasi demikian, sekalipun diberi obat yang sama belum bisa manjur.

Dia juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap kembali menggunakan masker terutama bagi orang yang sakit, atau menjaga diri agar virus itu tidak menyebar ke orang lain.

Jenis masker, kata dia, juga harus disesuaikan. Karena ada jenis masker yang mampu membendung partikel hingga paling kecil. Contoh masker itu seperti N95.

"Kalau ada yang batuk, pilek ya menggunakan masker. Memperhatikan etika batuk," kata dia.

Retnowati menyebut, jika diperlukan, protokol pencegahan bisa menggunakan semacam penanganan covid-19 beberapa waktu lalu. (thi/gat)

  • Bagikan