Produksi Meningkat, Sumur Belida Siap Monetisasi Gas

  • Bagikan
SKK MIGAS GENJOT 3.000 BOPD: Juchiro Tampi melihat sumur Sungai Anggur Selatan-1 (SAS-1) yang mulai memproduksi minyak di WK Belida, Sumatera Selatan, kemarin (22/1)

SURABAYA,TIMEX.FAJAR.CO.ID– Peningkatan produksi hulu migas terjadi di Wilayah Kerja (WK) Belida, Sumatera Selatan. Lapangan yang dikelola Sele Raya Belida (SRB) itu mencatat kenaikan kinerja sehingga ditargetkan monetisasi gas tahun ini.

General Manager Sele Raya Belida (SRB) Juchiro Tampi mengungkapkan, pertumbuhan kinerja terlihat di sumur Sungai Anggur Selatan-1 (SAS-1) di WK Belida, Muara Enim, Sumatera Selatan. Pada Kamis (18/1), pihaknya sudah memproduksi 2.800 barel minyak per hari (bopd). Angka tersebut tumbuh signifikan jika dibandingkan dengan rekor awal tahun sebesar 1.600 bopd.

”Tahun ini kami mendorong peningkatan kapasitas produksi maksimal. Bulan depan kami coba naikkan di angka 3.000 bopd,” ujarnya kemarin (22/1).

Dengan kondisi tersebut, SRB juga siap menjalankan rencana monetisasi gas asosiasi sumur Sungai Anggur Selatan. Harapannya, langkah itu bisa dimulai pada 2024 dengan persetujuan SKK Migas dan dispensasi Dirjen Migas Kementerian ESDM terkait gas suar.

Untuk pengembangan lapangan, saat ini SKK Migas dan Sele Raya Belida melakukan kegiatan akuisisi seismik 3D untuk mengetahui potensi pengembangan. Serta, mengebor sumur appraisal.

Sementara itu, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi Suryodipuro menyatakan, upaya peningkatan produksi minyak dan gas bumi dilakukan untuk mendorong dan merealisasikan program 1 juta barel minyak (bopd) dan 12 miliar kaki kubik gas (bscfd) pada 2030. ”Kita terus dorong. Bukan hanya Sele Raya Belida. KKKS lain juga terus kita dorong untuk peningkatan produksi dan pengeboran,” katanya.

Selama 2023, realisasi investasi hulu migas mencapai USD 13,7 miliar atau sekitar Rp 210 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi 2022, terdapat peningkatan hingga 13 persen. Angka itu berada di atas pertumbuhan investasi hulu migas global yang diperkirakan berada di kisaran 6,5 persen. (bil/c14/dio/thi)

  • Bagikan