Makan Muntar’, Viktor ke Senayan

  • Bagikan
JABAT TANGAN.Viktor Bungktilu Laiskodat bersalaman dengan ketua Umum nasdem, Surya Palloh .(IST)

Alasan Penugasan Lain, Ratu Wulla Mengundurkan Diri

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID – Perjalanan karier politik Ratu Ngadu Bonu Wulla terhenti. Ratu Wulla, caleg terpilih DPR RI dapil NTT 2 dari Partai Nasdem tiba-tiba mengundurkan diri.

Srikandi Partai Nasdem ini meraih suara terbanyak yakni 76.331 suara, mengalahkan ‘panglima’ Partai Nasdem, Viktor Bungtilu Laikodat yang meraih 65.359 suara.

Dengan undurnya Ratu Wulla, Viktor Bungtilu Laiskodat ‘makan muntar’ melaju bebas menuju Senayan.

Pengunduran diri terungkap saat pleno di KPU RI terkait hasil perolehan suara dari KPU NTT, Selasa (12/3). Di mana, saksi Partai Nasdem mengatakan, ada surat dari Ketua Umum Partai Nasdem kepada KPU RI terkait pengunduran diri Ratu Wulla.

Atas pengunduran diri tersebut, secara otomatis satu kursi yang telah dikunci Ratu Wulla akan diduduki oleh Viktor Bungtilu Laiskodat sebagai caleg dengan perolehan suara terbanyak kedua yakni 65.359 suara.

Ketua KPU Provinsi NTT, Jemris Fointuna ketika dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Jemris mengaku baru mengetahui pengunduran diri tersebut ketika pleno nasional berlangsung.

“Tadi baru disampaikan dalam pleno rekapitulasi nasional,” katanya, Selasa (12/3).

Informasi ini cukup mengejutkan. Pasalnya Ratu Wulla berhasil mendapatkan suara terbanyak dari Partai Nasdem dan mengalahkan mantan gubernur NTT, Viktor Buntilu Laiskodat (VBL). Melengganggnya VBL ke Senayan dilatari Ratu Wulla yang menerima penugasan lain dari partai.

Wakil Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik DPW Partai Nasdem Provinsi NTT, Elas Jamawara ketika dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Elas menyebut, Ratu Wulla mengundurkan diri.

“Menurut ibu Ratu, ada penugasan lain dari partai dan ketua umum, pak Surya Paloh,” kata Elas.

Sayangnya, dia tidak mengetahui secara pasti penugasan apa yang diberikan partai kepada Ratu Wulla. Sebab, itu merupakan ranah ketua umum partai.

“Sebagai kader kami hanya tegak lurus, solid terkonsolidasi,” tegasnya.

Dikatakan, pengunduran diri tersebut juga baru diketahui DPW melalui pleno di KPU RI.

“Pleno di KPU masih berlangsung dan pengunduran ibu Ratu diketahui pada saat pleno, itu juga melalui keterangan yang disampaikan oleh saksi Nasdem,” tambahnya.

Disamping itu, pengunduran diri tersebut terus menyangkut pautkan nama VBL. Disebut-sebut, jalan terbuka bagi VBL itu dikehendaki ketua umum Nasdem. Sebab, kehadiran VBL di Senayan atas maksud tertentu.

Surya Palloh Butuh VBL

Dosen Komunikasi Politik, Mikhael Rajamuda Bataona menilai, putusan tersebut berkaitan dengan aturan tidak tertulis di internal Partai Nasdem. Di mana, penghargaan terhadap tokoh pendiri partai seperti VBL, adalah mutlak. Sebagai pendiri partai sekaligus politisi nasional dengan jam terbang teruji sebagai ketua fraksi Nasdem dan gubernur, VBL sangat dibutuhkan di level nasional untuk memimpin Fraksi Partai Nasdem atau minimal menjadi mentor untuk Fraksi Nasdem DPR RI karena ke depan dinamika politiknya akan sangat dinamis.

VBL sendiri oleh Nasdem sudah sangat familiar dijuluki sebagai panglima Partai Nasdem. Seorang pemimpin lapangan di Senayan yang kepiawaiannya teruji. Artinya, VBL dengan reputasi demikian, tentu saja diprioritaskan dan diberi tempat terhormat di Nasdem atas perintah Ketum Surya Palloh.

“Karena itu, kerelaan Ratu Wulla adalah atas perintah ketum. Dan kerelaannya mundur ini pertama adalah untuk memberi ruang bagi pimpinannya di internal partai yang sangat dibutuhkan Ketum Surya Palloh untuk hadir di gelanggang politik nasional dan khususnya di parlemen di Senayan,” jelas Mikhael.

Meskipun begitu, Mikhael menyebut, kerelaan untuk memberi tempat kepada VBL sebagai pendiri partai dan mentor politik sekaligus "panglima perang" Partai Nasdem itu tidak gratis. Karena tidak ada makan siang yang gratis dalam politik. Mundurnya Ratu Wulla sudah pasti dilatari oleh bargaining politik tertentu.

Di mana, dalam politik berlaku hukum, jika orang rela kehilangan rumah, maka sudah pasti ia mempunyai istana. Atau orang rela kehilangan motor, karena ia mempunyai mobil. Ratu Wulla tidak mungkin rela kehilangan kursi DPR RI, jika dia tidak punya garansi soal masa depan politik dengan jabatan yang lebih mentereng dan memuaskan dari aspek pamor dan pengakuan sosial.

“Jadi menurut saya, pengunduran diri ini terjadi karena sudah ada bargaining politik antara Ratu Wulla dengan VBL atau antara Partai Nasdem dengan Ratu Wulla. Bacaan saya, hal yang diberikan Partai Nasdem dan VBL kepada Ratu Wulla adalah penugasan lain yang menurut Ratu Wulla sangatlah menguntungkan, sangat masuk akal dan rasional. Sangat menguntungkan karena penugasan baru itu berkaitan dengan masa depan politik Ratu Wulla sendiri secara pribadi dan masa depan politik klan politik suaminya yang juga mantan bupati SBD,” terangnya.

Karena suaminya tentu saja turut memberi saran politik soal putusan sangat penting ini. Sehingga pengunduran diri Ratu Wulla murni masalah penugasan di internal Nasdem yang oleh Ratu Wulla sendiri diterima dengan tulus dan damai karena garansinya adalah VBL sebagai senior dan salah satu pendiri Partai Nasdem.

“Penugasan itu menurut saya berkaitan dengan pilkada SBD di November 2024 mendatang. Di mana, pada beberapa bulan ke depan pilkada ini sudah mulai digulirkan. Dan sebagai anggota DPR RI hingga bulan Agustus 2024, Ratu Wulla masih punya kekuatan untuk bekerja memastikan diri ke akar rumput dalam rangka bisa terpilih sebagai bupati SBD pada November nanti. Nah, dalam hal ini, tentu saja, Partai Nasdem sendiri dan VBL secara pribadi bersama mesin partai akan mendorong dan bekerja maksimal memastikan Ratu Wulla atau suaminya terpilih menjadi bupati SBD periode mendatang,” tandasnya.

Sentimen untuk Nasdem

Pengamat politik dari Undana, Yohanes Jimmy Nami menilai, setiap langkah tentu ada konsekuensinya. Begitu pun dengan langkah yang diambil Nasdem. Menurutnya, langkah tersebut dapat mengakibatkan sentimen positif dan negatif.

“Ya, Nasdem NTT bisa saja mendapat sentimen positif karena secara institusi ketokohan VBL dalam menjembatani pusat dan daerah masih bisa representatif lewat VBL yang dekat dengan Surya Paloh,” kata Jimmy.

Sementara sentimen negatif dapat muncul dari akar rumput yang setia memilih dan mendukung Ratu Wulla sebagai wakil rakyat di DPR RI.

Jimmy menilai, perlu penjelasan melalui komunikasi politik yang baik agar tidak memberikan ekses politik jangka panjang bagi Ratu Wulla jika tetap ingin eksis di politik.

Kewenangan Ada di DPP

Sementara itu, pengamat politik dari Unwira, Urbanus Ola Hurek melihat, dari tata kelola partai, struktur kepengurusan partai politik hirarkis berjenjang. Semakin tinggi level partai, maka semakin besar kewenangan.

Dengan model tata kelola seperti itu, maka kewenangan semakin berada di tangan DPP. Menurutnya, tata kelola seperti ini yang menempatkan pengurus partai memiliki otoritas kuat dalam mengatur seluruh mekanisme partai, termasuk mencalonkan anggota  menduduki jabatan politik.

“Dengan demikian apakah penarikan diri caleg Partai Nasdem terpilih dari dapil 2 NTT untuk kursi DPR RI ini sebagai bagian dari skenario DPP Nasdem untuk kepentingan yang lebih strategis? Apakah caleg terpilih ini dipersiapkan untuk menduduki jabatan politik lainnya selain mewakili Nasdem di DPR RI? Boleh jadi skenario pengunduran diri ini diatur DPP Nasdem agar Ratu Wulla tidak dilantik sebagai anggota DPR RI dan kursi Nasdem dari dapil NTT 2 yang dilantik adalah VBL, mantan gubernur NTT yang menempati posisi nomor dua perolehan suara pileg Partai Nasdem di dapil NTT 2,” ujar Urbanus.

Bagi Urbanus, apapun pertimbangan atau skenario dari DPP Nasdem, publik serta merta bisa menebak bahwa skenario ini membuka jalan bagi VBL menuju Senayan. (cr1/ays)

  • Bagikan