Peneliti Undana Berhasil Petakan Genetik Virus ASF

  • Bagikan
drh. Putri Pandarangga

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID – Peneliti dari Universitas Nusa Cendana (Undana) berhasil memetakan seluruh genetik dari virus African Swine Fever atau dikenal dengan nama demam Afrika. Penelitian ini diketuai oleh drh. Putri Pandarangga dengan anggota Prof. Maxs U. E. Sanam, Prof. Annytha I. R. Detha, drh. Maria Aega Gelolodo, dan drh. Larry W. R. Toha.

Penelitian tersebut didanai oleh Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR), Australia. drh. Putri Pandarangga kepada Timor Express menyampaikan, penyakit ini dikenal dengan transboundary disease, artinya mampu mempengaruhi kestabilan perekonomian dan ketersediaan daging secara global.

“Sehingga, saat penyakit babi ini masuk ke NTT, membuat kestabilan perekonomian juga terganggu karena hampir sebagian besar masyarakat masih memelihara babi di halaman belakang untuk acara adat, biaya sekolah anak, dan untuk kebutuhan lainnya,” jelasnya, Selasa (2/4).

Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin yang efektif untuk ASF. Lanjutnya, ini dikarenakan genetik virus ASF yang cukup panjang dimana mengontrol banyak sekali protein penentu keganasan virus.

Penyakit ini pun telah masuk ke Indonesia sejak tahun 2019 melalui Provinsi Sumatra Utara. Dikatakannya, peneliti dari BRIN hanya mampu lakukan pemetaan sebagian dari salah satu gen yaitu p72 sebagai penentu keganasan dari virus ini. Pada tahun yang sama, penyakit masuk ke NTT dan sebabkan kematian babi hampir 500.000 ekor.

“Terdapat perdebatan bahwa virus ini masuk ke NTT melalui Timor Leste atau dari Sumatra Utara melalui pulau Jawa. Sehingga peneliti melakukan penelusuran tentang virus ini. Alasan ini hanya merupakan alasan kedua akan tetapi alasan utamanya adalah dengan memetakan genetik dari virus suatu wilayah, maka virus tersebut bisa digunakan sebagai kandidat vaksin ke depannya,” terangnya.

Konsep ini dikenal dengan konsep vaksin homolog dimana konsep ini pernah diaplikasi oleh Dr. Pandarangga pada virus Newcastle Disease atau penyakit tetelo pada ayam.

Lanjutnya, dengan menggunakan alat Next Generation Sequencing (NGS), untuk pertama kali di Indonesia, peneliti dari Undana mampu memetakan seluruh genetik (sequence) dari virus ASF yang mempunyai panjang hampir 186 kbp.

Sequence ini pun telah didaftarkan di bank genetic dunia yaitu NCBI dengan nomor OR604566.1 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/nuccore/OR604566.1).
“Kemudian virus ini dibandingkan dengan virus yang berasal dari Sumatra Utara dan Timor Leste dengan menggunakan pohon filogenik dan hasilnya adalah semua virus ini adalah bagian dari genotype II,” jelasnya.

Akan tetapi, kata dia, berdasarkan letak dan sejarah, kemungkinan besar bahwa virus ASF masuk ke NTT melalui Timor Leste. Hal ini ini karena pemerintah Timor Leste mengumumkan secara resmi bahwa ASF telah masuk ke negara mereka pada awal September 2019 dan beberapa minggu kemudian wilayah kabupaten yang berdekatan langsung dengan Timor Leste, yaitu Belu dan Malaka terkena ASF.

Hasil ini pun dapat digunakan sebagai dasar pembuatan bibit vaksin homolog dari wilayah tersebut, dan pemetaan genetik ini juga dapat digunakan untuk melihat apakah virus ASF mengalami mutasi dan bagaimana peredarannya di seluruh dunia.

Dari hasil pemetaan genetik ini, diperoleh bahwa virus ini masuk ke NTT melalui perbatasan Timor Leste. Sehingga, dirinya berharap, dari hasil ini maka pemerintah lebih memperkuat lagi sistem karantina dan penjagaan di perbatasan sehingga berikutnya produk hewan tidak masuk begitu saja.

“Bila hal ini tidak diperhatikan maka penyakit-penyakit hewan lainnya seperti PMK bisa masuk dengan mudah ke NTT via perbatasan Timor Leste-Indonesia,” tandasnya. (cr1/thi)

  • Bagikan