Maret, Ekspor Nonmigas Menggeliat

  • Bagikan
PELAYANAN BONGKAR MUAT.Kesibukan pelayanan bongkar muat di dermaga peti kemas ekspor impor (ocean going) milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dipastikan tetap berjalan maksimal ditengah penyambutan kunjungan Ratu Denmark Margrethe II bersama suaminya Prince Hendrik, Jakarta, Kamis (15/10/2015). FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

JAKARTA,TIMEX.FAJAR.CO.ID – Kinerja neraca perdagangan RI masih bertahan surplus. Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebut pada Maret tercatat USD 4,47 miliar.

’’Neraca perdagangan Indonesia kembali surplus, memperpanjang catatan surplus selama 47 bulan beruntun sejak Mei 2020,’’ ujar Amalia di Jakarta kemarin (22/4).

Amalia memerinci, surplus itu disebabkan ekspor Maret mencapai USD 22,43 miliar, lebih besar dibandingkan impor yang sebesar USD 17,96 miliar. Ekspor Maret naik 16,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau month-to-month (MtM), sedangkan impor turun 2,6 persen MtM.

Neraca perdagangan Maret yang surplus USD 4,47 miliar itu tercatat naik sekitar USD 0,87 miliar dibandingkan Februari yang hanya mencapai USD 3,6 miliar.

Surplus neraca perdagangan terbanyak ditopang komoditas nonminyak dan gas (migas) sebesar USD 6,51 miliar dan juga didorong beberapa komoditas penyumbang lainnya. Yakni, bahan bakar mineral, lemak, dan minyak hewan serta besi dan baja. ’’Surplus neraca perdagangan nonmigas lebih besar dibandingkan bulan lalu dan bulan Maret pada tahun lalu,’’ imbuhnya.

Namun, secara kumulatif, Amalia menyebutkan bahwa neraca perdagangan periode Januari hingga Maret 2024 yang sebesar USD 7,31 miliar turun USD 4,80 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni USD 12,11 miliar.

Di tengah konflik Iran-Israel yang memanas, Amalia mengatakan bahwa kondisi itu tidak berdampak signifikan pada Indonesia. Alasannya, sepanjang 2023, nilai perdagangan ke Iran sebesar USD 206,85 juta atau 1,08 persen terhadap total nilai transaksi dengan Timur Tengah.

Perinciannya, ekspor Indonesia ke Iran hanya mencapai USD 195,13 juta atau sekitar 2,15 persen terhadap total ekspor ke Timur Tengah. Komoditas utama ekspor adalah buah-buahan, kendaraan dan bagiannya, serta berbagai produk kimia. Sementara, impor dari Iran mencapai USD 11,72 juta atau 0,12 persen terhadap total impor dari Timur Tengah. ’’Dengan demikian, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan Iran USD 183,41 juta,’’ tambahnya.

Sementara, dengan Israel, nilai ekspor mencapai USD 165,77 juta pada 2023. Nilai itu mencakup 1,83 persen ekspor Indonesia ke Timur Tengah. Kemudian, impor Israel mencapai USD 21,93 juta atau 0,22 persen dari impor asal Timur Tengah.

’’Yang ingin saya garis bawahi secara umum, dapat disimpulkan nilai perdagangan Indonesia dengan Iran-Israel relatif kecil karena keduanya bukan mitra dagang utama Indonesia di kawasan Timur Tengah,’’ jelas Amalia. (dee/c7/dio/thi)

  • Bagikan