Dari Hobi, Petani Milenial NTT Sulap Hidroponik Menjadi Bisnis Menjanjikan

  • Bagikan
PETANI MILENIAL. Niko Usfinit tengah merawat selada hidroponik yang ia kembangkan. (FOTO: Dok. SMK-PP Kementan)

KUPANG-Siapa yang tak kenal tanaman hidroponik? Hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Beberapa tanaman yang umum ditanam dengan teknik ini yaitu phokcoy, sawi, tomat, selada, dan masih banyak lagi.

Salah satu petani milenial sekaligus tenaga harian lepas di SMK-PP Negeri Kupang, Niko Usfinit tertarik mengelola selada hidroponik sebagai hobi sekaligus bisnis sampingan.

Berawal dari ketertarikan terhadap hidroponik ini dikarenakan selain tidak menghasilkan limbah yang berbahaya untuk lingkungan. Teknik ini pun sangat hemat tempat dan lahan. Masa panen hidroponik tidak membutuhkan waktu yang tidak lama, sekitar 30-35 hari tanaman sudah bisa panen.

Pada awalnya Niko hanya menjual selada saja, namun karena permintaan akan phokcoy dan sawi sangat tinggi, Niko pun mencoba jenis sayuran tersebut untuk dikembangkan dalam usaha hidroponik ini.

Dalam 1 kali periode panen untuk lahan berukuran 10m x 5m didapat sayuran sekitar 300 pohon. Kemudian sayur diikat, setiap satu ikat terdiri dari 3 pohon. Maka dalam satu kali panen, Niko dapat menghasilkan 30-35 ikat siap jual. Dibandrol dengan harga Rp 10.000 per 3 ikat, para penggemar selada hidroponik pun banyak yang sebelumnya telah memesan jika panen mereka akan membelinya. Sehingga tidak butuh waktu lama, selada habis terjual.

Niko pun membagi tips dalam merawat agar tanaman dapat tumbuh dengan baik yaitu selalu dibersihkan dari tanaman pengganggu yang bisa menggangu perkembangan sayuran. Selalu mengontrol larutan nutrisi, dan yang terpenting adalah menjaga intensitas cahaya yang cukup agar tanaman tidak lembab. Ia mengatakan bahwa untuk mengembangkan usaha adalah bukan hal yang mudah, selain kita harus tahu tentang ilmunya, kita pun harus belajar mengelola bisnis.

Selama kita memiliki kegigihan dan dan kerja keras kita dapat mengembangkan usaha ini dengan baik. Yang utama adalah manajemen keuangan sehingga laba yang didapat bisa diputar kembali untuk membuat bisnis menjadi lebih besar.
“Sebagai salah satu guru di Sekolah Pertanian Negeri Kupang membuat saya harus memberi contoh yang baik sebagai wirausahawan bagi siswa-siswi di sini, bagaimana cara mengelola usaha yang mendukung pertanian, karena merekalah yang akan mewarisi pertanian kita di masa depan“ terang Niko.

Sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, bahwa sumber daya manusia (SDM) Pertanian adalah otak gerakan untuk pertanian. “Maka dari itu jika jiwa kewirausahaan sudah dipupuk sejak dini, sejatinya kelak dapat menciptakan SDM pertanian yang maju, mandiri dan modern," tegas Mentan Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi juga menyatakan, peluang pertanian bisa diciptakan selama para petani terus semangat dan menjadikan tantangan sebagai peluang. Salah satunya adalah anak muda lulusan SMK PP N Kupang ini yang terhitung sukses dengan bisnis hidroponiknya.

“Niko harus bisa menularkan ilmunya kepada siswa-siswi di SMK PP N Kupang supaya mereka menjadi insan pertanian yang sukses bahkan bisa melebihi dirinya,” ujar Dedi.

“Pertanian itu keren. Pertanian itu menjanjikan. Jangan malu jadi petani. Banggalah karena kamu bisa menjaga ketahanan pangan negeri,” pungkas Dedi. (*)

Penulis: Luluk J. Pertiwi
Editor: Luthfi Retriansyah

  • Bagikan