HIPMI Harus Kembangkan Pariwisata, Energi Terbarukan dan Kelor di NTT

  • Bagikan
RAKERDA. Caketum BPP HIPMI, Bagas Adhadirgha pose bersama Pengurus HIPMI NTT, di Aston Hotel, Rabu (21/9). (FOTO: FENTI ANIN/TIMEX)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Calon Ketua Umum (Caketum) Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Bagas Adhadirgha, berpesan kepada pengurus HIPMI NTT agar mengembangkan energi terbarukan, pariwisata, dan kelor.

Ia menyebut HIPMI NTT perlu mempunyai masterplan yang sinkron dengan perhatian pemerintah terhadap NTT dalam bidang pariwisata. "Karena HIPMI ini selalu sebagai mitra dari kegiatan yang berkaitan dengan ekonomi dari kebijakan pemerintah," kata Bagas saat diwawancarai di Aston Hotel Kupang, Rabu (21/9).

Bagas mengatakan bahwa masterplan ini tentunya perlu disesuaikan dengan potensi di NTT seperti energi terbarukan juga. "Karena di sini cuacanya sangat perfect sekali dibuat sebagai sumber pembangkit listrik tenaga surya," ujarnya.

Pemanfaatan energi terbarukan ini, lanjut Bagas, sejalan juga dengan konsensus dunia yaitu pemanfaatan energi ramah lingkungan dan tidak menggunakan batu bara yang merugikan ekosistem. "Kita bisa mulai di NTT dan potensinya besar di sini," sebutnya lagi.

Selain itu, kata Bagas, budidaya kelor sebagai salah satu produk unggulan dari NTT yang dilakukan oleh UMKM. Jikalau 90 persen dari total keanggotaan HIPMI diupayakan mengembangkan potensi-potensi ini, maka akan memiliki nilai tambah atau value added. "Yang perlu diperbaiki adalah packaging-nya, untuk distribusinya, sehingga langkah suplai dan demand dapat terpenuhi," jelasnya.

Intervensi HIPMI sendiri dalam pengembangan kelor adalah dengan pelatihan karena kelor sebagai makanan dan obat-obatan yang memiliki dampak marketing yang besar. "Tugas HIPMI adalah menggali apa yang sudah ada, ditajamkan, sehingga dapat mendatangkan untung berkali-kali lipat," tambah dia.

Bagas juga berpesan kepada pengusaha muda NTT ke depannya dapat berkembang hingga ke luar negeri sekaligus menjadi pemain di negerinya sendiri.

Bagas menilai Kota Kupang sebagai Monaco-nya Indonesia atas potensi pariwisata yang bisa dikembangkan. Bagas mengamati hal ini saat tiba di Kota Kupang yang memiliki landscape dan pesisir pantai yang sangat menarik dan indah.

"Di pesisir ombaknya juga datar, ini kayaknya bisa mendarat pesawat amphibi di sini, mengingatkan saya Kupang ini akan Monaco, dari sisi landscape sangat mirip," ungkap dia.

Ia menyebut, alam Monaco juga kondisinya kering sama seperti di Kupang sangat cocok untuk mengembangkan tanaman tetapo. Di Monaco, tanaman ini mampu menghasilkan pendapatan asli negara sebagai salah satu yang terbesar di Eropa. "Hanya karena satu hal, industri pariwisatanya," sebutnya.

Ia mengaku sempat berkomunikasi dengan Menteri Investasi, Menteri Pariwisata dan Menteri Markominves terkait potensi NTT ini, dan ia meminta HIPMI NTT memberi ia petunjuk lebih lanjut untuk mengembangkan NTT.

"Jika takdirnya saya menjadi pemimpin di HIPMI ini ke depannya, maka saya akan sangat serius melakukan yang terbaik untuk NTT," janjinya.

Bagas sendiri berada di Kupang dalam agenda kegiatan Sharing Session Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dan Forum Bisnis Daerah (Forbisda) BPD HIPMI NTT. Setelah itu, ia melanjutkan rangkaian kunjungannya ke BPD HIPMI seluruh Indonesia.

Bagas sendiri merupakan founder sekaligus CEO PT Asia Aero Technology yang mengembangkan usaha di dunia general aviation dengan membangun bandaranya sendiri.

Forbisda dan Rakerda yang dilaksanakan dua hari ini juga dihadiri Caketum HIPMI, Anggawira, Ketum BPD HIPMI NTT, Ikhsan Darwis, dan Head Area Bank Mandiri Kupang juga peserta yang terdiri dari para pengusaha muda NTT. (r2)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan