Keunikan Festival Ekologi Flores, Pelepah Pisang Kering Disulap Jadi Kerajinan Tangan

  • Bagikan
FESTIVAL EKOLOGI. Ketua Penitia Festival Ekologi Flores, Emanuel Djomba dengan latar belakang stan pameran dari bahan alami. Festival ini berlangsung di Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada, Kamis (13/10). (FOTO: Saver Bhula/TIMEX)

BAJAWA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Ada yang menarik dan unik di arena Festival Ekologi Flores (FEF) yang berlangsung di Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada. Salah satu yang unik adalah ditampilkannya hasil kreasi warga setempat, yakni menyulap pelepah pisang kering menjadi kerajinan tangan bernilai ekonomi. Tak cuma itu, stand atau bangunan untuk pameran dalam FEF itu terbuat dari bahan alami.

Pantauan TIMEX, Kamis (13/10) di lokasi FEF, tampak deretan bangunan kecil terbuat bambu dan alang-alang menjadi daya tarik bagi pengunjung. Festival itu menampilkan bahan-bahan dari alam yang tidak digunakan lagi.

Berawal dari kecintaan pada lingkungan, Waldetrudis Limpang mulai mendapat ide untuk membuat kerajinan tangan dengan memanfaatkan bahan-bahan dari alam yang sudah tidak digunakan lagi.
"Karya tangan yang diberi nama Liana Nature Craf itu dirintis sejak Desember 2021," sebutnya.

Waldetrudis menyebutkan bahwa semua kerajinan tangannya itu menggunakan bahan dari alam yang sudah tidak digunakan lagi. Misalnya hasil kerajinan tangan berupa bingkai foto dan cermin yang terbuat dari bahan alami.

“Semua ini saya kerjakan sendiri secara otodidak dan semua karya ini saya jual sedangkan beberapa saya gunakan untuk dipajang di rumah,”pungkasnya.

Waldetrudis berharap karya tersebut dapat memberi edukasi ekologi kepada masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan. “Ada nilai ekologinya dalam usaha ini, misalkan barang-barang yang sudah tidak dimanfaatkan lagi didaur ulang menjadi barang bernilai ekonomi,” katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia FEF, Emanuel Djomba mengatakan, kegiatan ini dilakukan dengan maksud menginformasikan kepada semua pihak bahwa bumi ini sedang tidak baik. "Sehingga kita mengajak semua masyarakat untuk melihat realita alam yang sedang sakit. Dengan Festival ini, kami harus menjemput mereka yang masih berusia dini, sebab menurut kami mereka ini cukup efektif ditanamkan nilai-nilai cinta ekologis. Sehingga kedepan mereka lebih peduli dengan alam," kata Emanuel.

"Kita juga memberikan ruang bagi orang dewasa melalui konten-konten festival ini dan pameran. Pameran ini kita hanya khususkan untuk produk-produk berbasis ekologi yang diproduksi dari bahan-bahan alam," tambah Emanuel Djomba. (*)

Penulis: Saver Bhula

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan