Bappetlitbangda NTT Gelar Lokalatih, Ini Tujuannya

  • Bagikan
LOKALATIH. Peserta Lokalatih yang digelar ICRAF di Hotel Swiss Bel-Court, Kamis (30/3). Lokalatih ini digelar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi hijau. (FOTO: RESTI SELI/TIMEX)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) bersama Badan Perencanaan dan Penelitian Pembangunan Daerah (Bappetlitbangda) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar lokakarya pelatihan (Lokalatih) di Hotel Swiss Bel-court, Kamis (30/3) lalu.

Kegiatan tersebut digelar dalam rangka membekali pemangku kepentingan dalam merencanakan kegiatan pembangunan yang inklusif dan berwawasan lingkungan serta berorientasi pada kepentingan publik.

Green Growth Planning and Policy Specialist ICRAF, Feri Johana mengatakan, lokalatih tersebut meliputi pengantar kerangka kerja dan metodologi perencanaan pertumbuhan ekonomi hijau yang berketahanan iklim, pangan dan responsif gender.

Feri melanjutkan, pertumbuhan ekonomi hijau menjadi salah satu yang mewarnai proses perencanaan pembangunan ekonomi kedepannya. Karena itu, dengan bantuan serta kerjasama dengan pemerintah sebagai pembuat kebijakan publik sangat penting hal itu untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang berlandaskan pada prinsip ekonomi hijau.

"Nanti dalam mendukung pertumbuhan ekonomi hijau ini, kami (ICRAF) akan mendukung dari sisi metodologi, proses dan dari sisi analisis. Namun, dari sisi muatan, ide dan gagasan menjadi kontribusi dari Bappetlibangda," tutur Feri.

Untuk itu, Feri melanjutkan, perlu keterlibatan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT menjalani proses tersebut. Sebab kedepan, model ekonomi hijau itu akan memberdayagunakan sumber daya yang ada di NTT.

"Kami berharap, semua OPD dan semua peserta yang hadir bisa mengerti dan memahami serta menjadi duta dari pertumbuhan ekonomi hijau dalam setiap program kegiatan yang dilakukan baik tingkat OPD maupun tingkat institusi lainnya di pemerintahan," sambungnya.

Dengan begitu, ekonomi tetap berjalan dan lingkungan tetap terjaga. Namun sayangnya, program ini belum ada koordinasi dengan komunitas peduli lingkungan di NTT, baru dalam lingkup pemerintah saja.

Sementara itu, Plt. Kepala Bappetlitbangda Provinsi NTT, Alfonsus Theodorus mengungkapkan, pihaknya mencoba melihat dari aspek perencanaan identifikasi bencana serta bentang lahan, sehingga pembangunan ekonomi hijau dapat berjalan baik.

Menurut Alfonsus, dengan kegiatan ini, ICRAF menciptakan kerja kolaboratif. Bahkan, masing-masing OPD apabila memiliki visi misi kerja yang sejalan, maka dapat bekerjasama dengan ICRAF.

Ia melanjutkan, ekonomi hijau berarti pembangunan rendah karbon. Apalagi, suhu semakin naik setiap harinya. Apalagi, dengan adanya alat bantu perencanaan ekonomi hijau atau Lumens, diharapkan dapat membantu pemahaman.

Lumens sendiri adalah sebuah kerangka kerja yang dilengkapi dengan perangkat lunak yang mudah digunakan, tidak berbayar, dan terbuka, untuk menguatkan proses negosiasi multi pihak yang inklusif, integratif, dan berbasis data serta informasi dalam perencanaan penggunaan lahan untuk lanskap berkelanjutan sehingga dapat mendukung penghidupan dan pembangunan serta menjaga dan merestorasi jasa lingkungan, terutama di negara tropis. (Cr1)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan