Lembah Colol Surganya Kopi Dunia, Dirut BPOLBF: Perkuat Promosi dan Kolaborasi

  • Bagikan
TARI KOLOSAL. Parade tarian kolosal Penumbuk Kopi yang dibawakan para pelajar sejumlah sekolah di Kabupaten Matim dalam Festival Kopi Lembah Colol, Rabu (14/6). (FOTO: FANSI RUNGGAT/TIMEX)

BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Bagi Anda yang menikmati kopi terbaik dunia, maka datanglah ke Lembah Colol, di Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di lembah ini, Anda bakal merasakan nikmatnya suguhan kopi terbaik. Jika Bali dikenal sebagai Pulau Dewata, maka Lambah Colol itu merupakan surganya kopi dunia.

Selain mendapatkan predikat kopi dengan citarasa terbaik di Indonesia dalam kontes kopi spesialti yang berlangsung di Banyuwangi untuk jenis kopi robusta dan arabika pada 2015 lalu, kopi dari Lembah Colol ini juga mendapatkan predikat tiga besar dunia sebagai kopi dengan kualitas cita rasa terbaik di dunia. 

"Jika Anda adalah pencinta kopi, maka Anda berada di tempat yang tepat, karena kopi Lembah Colol itu kopi terbaik dunia. Tempat dimana kopi terbaik dunia dilahirkan. Sehingga Lembah Colol adalah surganya kopi dunia," ujar Bupati Matim, Agas Andreas, saat membuka Festival Kopi Lembah Colol di Desa Ulu Wae, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Rabu (14/6).

Bupati Agas mengatakan, Festival Kopi Lembah Colol yang digelar itu merupakan sarana pertemuan yang strategis untuk para pecinta kopi mulai dari petani, pedagang, LSM, dan pemerintah. Pada momen ini, para pecinta kopi saling berbagi dan bertukar informasi tentang kopi dan berbagai isu strategis lainnya.

Menurut Bupati Agas, gelaran festival ini merupakan hasil kerja keras seluruh masyarakat Lembah Colol bersama pemerintah daerah, dan kolaborasi dengan berbagai pihak.

"Ketika hari ini kita mengajak Kopi Lembah Colol ke ruang pariwisata, itu karena kita menyadari bahwa ini bukan semata tentang biji kopi. Kopi harus memiliki nilai tambah, lebih dari sekedar bulir kopi dan tepung kopi. Kita pelihara budayanya, kita jaga tradisinya, kita rawat alamnya, dan kita promosikan keramah-tamahan kita. Kita juga sedang menawarkan cita rasa pariwisata dari tradisi kopi kita yang hebat," kata Bupati Agas. 

Jadi, lanjut Bupati Agas, ini bukan hanya soal Colol dalam satu minggu festival, tetapi bagaimana semua komponen merancang kampung halaman ini menjadi destinasi kopi terbaik kelas dunia. Hanya pikiran besar yang akan hadir dan bertumbuh di sini. Cita-cita, tujuan, dan harapan besar serta niat baik. Walaupun produktivitas kopi di Lembah Colol masih tinggi, namun beberapa petani mengeluhkan produktivitasnya mulai menurun.

Bupati Agas mengatakan, apa yang menjadi keluhan petani saat ini tentunya harus menjadi perhatian bersama. Lewat peran pemerintah bersama seluruh stakeholder terkait lainnya untuk membantu melalui pendampingan, pelatihan, dan edukasi tentang cara bertani yang ramah lingkungan.

Bupati Agas juga mengajak para petani kopi di Lembah Colol untuk mulai belajar tentang perubahan iklim. "Belajar hal ini yang kemudian dapat menyesuaikan dengan pola tanam, dan belajar menentukan varietas tanaman yang tahan terhadap perubahan cuaca dan iklim. Mengurangi penggunaan bahan kimia dan pupuk buatan yang dapat merusak lingkungan," tandasnya.

Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Shana Fatina, yang hadir dalam festival itu menyampaikan bahwa potensi pasar kopi kedepannya semakin luas.

Untuk itu, Shana berharap, selain produk kopi, wilayah Lembah Colol sendiri dapat makin mengukuhkan identitasnya sebagai penghasil kopi dengan kualitas terbaik di dunia. Sehingga pihaknya begitu mendukung kegiatan festival yang ada.

"Sebagai salah satu mitra dalam penyelenggaraan festival ini, kami berharap masyarakat Lembah Colol dapat terus konsisten menjaga dan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi dari Lembah Colol, agar dapat terus mengisi pasar kopi dunia," ujar Shana.

Shana juga menyampaikan, melalui penyelenggaraan festival itu, pihaknya berharap dapat menambah pilihan wisatawan untuk beraktivitas di destinasi, dan menambah lama tinggal serta belanja wisatawan.

Shana juga menekankan pentingnya memperkuat promosi melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, terutama dengan rencana pembukaan penerbangan internasional di Labuan Bajo yang merupakan akses utama pariwisata NTT. 

"Kami terus mendorong penyebaran wisatawan dengan berbagai bentuk promosi destinasi dan produk wisata. Salah satunya melalui penyusunan peta perjalanan ke-30 desa wisata yang ada di kawasan Floratama. Lembah Colol sebagai signature kopi sendiri merupakan 1 dari 30 tujuan perjalanan wisatawan kami," jelas Shana.

Direktur Kredit Bank NTT, Paulus Steven Mesakh mengatakan, festival yang digelar dalam wilayah pengahasil kopi merupakan satu hal yang sangat luar biasa. Langkah yang dibuat Bupati Matim sangat luar biasa sebab punya multiplier effect dari kegiatan tersebut.

Menurut Steven, kalau mau menumbuhkan ekonomi itu harus banyak melakuan even seperti festival itu, dan melibatkan UMKM serta masyarkat.

"Pengaruhnya begitu besar, karena tentu peredaran uang di sini tinggi. Sehingga bukan sekadar seremonial, tapi memberikan dampak ekonomi. Disini Bank NTT berkepentingan bahwa bagaimana UMKM yang ada di Kabupaten Matim, khususnya yang hadir di festival ini bisa didaftar kembali untuk bisa meningkatkan produk-produk mereka yang sudah ada," kata Steven.

Contohnya dari UMKM itu, kata Steven, ada masalah dengan standardisasi produk, termasuk disitu izin PIRT dari BPOM. Izin itu harus ada supaya bisa akses pasar yang lebih luas. Juga terkait dengan sertifikasi halal. Sebut saja produk-produk dari UMKM binaan Bank NTT, sudah ada yang memiliki, dan sudah masuk pasar-pasar di Kota Kupang.

"Seluruh UMKM yang ada di pameran festival ini, khususnya produk kopi yang belum tersertifikasi, baik label PIRT, sertifikat halal, dan juga standarisasi dari produk itu sendiri, Bank NTT hadir bagaimana bisa melakukan standarisasi terhadap produk-produk yang ada. Jadi penekanan saya itu standarisasi produk, dan saya kira ini bisa menjadi bensmart untuk kabupaten-kabupeten lain di NTT," bilangnya.

Steven menyatakan, kabupaten lain juga bisa menduplikasi upaya yang dilakukan Kabupaten Matim. Tentu karena even yang dilakukan di Matim dampaknya untuk masyarakat sehingga orang datang ke festival itu tidak hanya untuk sekadar melihat hiburan, tapi dampak ekonominya ada disitu. Jadi even seperti itu perlu ditingkatkan. 

"Tadi saya sudah sampaikan ke Pak Bupati, kalau bisa even seperti ini masuk dalam kalender Dinas Pariwisata Kabupaten Matim. Sehingga tidak hanya dilakukan temporer saja, tapi berlanjut terus. Yang paling penting dari gelaran even ini adalah keberlanjutannya," pesan Steven.

Steven menambahkan, dalam festival itu, Bank NTT berkepentingan bagaimana melihat potensi-potensi UMKM yang ada di Matim untuk ditingkatkan kelasnya.

Dalam artian, sambung Steven, standar-standar produk itu, Bank NTT dampingi supaya laku di pasar. Sebab masalah utama UMKM itu sebenarnya, pertama akses pasar. Sementara modal otomatis Bank NTT akan biayai supaya UMKM yang ada bisa bertumbuh.

Dalam acara pembukaan festival, diisi dengan sejumlah rangkaian acara yang sarat akan kearifan lokal, seperti pentas seni budaya, parade kolosal penumbuk kopi, pentas seni lukis berbahan dasar kopi, penanaman simbolis pohon kopi, dan lainnya. Festival itu juga diisi dengan pameran produk dari 34 UMKM. (*)

Penulis: Fansi Runggat

  • Bagikan