Pemdes dan Warga Lembah Colol Rindu Kehadiran Bank NTT

  • Bagikan
Salah satu UMKM Binaan Bank NTT Cabang Borong ketika mengikuti pameran pada Festival Kopi Lembah Colol di Desa Ulu Wae belum lama ini. (FOTO: FANSI RUNGGAT/TIMEX)

BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Pemerintah dan masyarakat desa di kawasan Lembah Colol, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), merespon positif rencana Bank NTT hadir melalui program peningkatan ekonomi petani dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah tersebut.

Kawasan Lembah Colol yang dihuni warga lima desa itu merupakan wilayah pengahasil kopi terbaik dunia. Lima desa dimaksud, yakni Desa Rende Nao, Wejang Mali, Ulu Wae, Colol, dan Desa Ngkion Dora.

Pemerintah Kabupaten Matim juga telah menjadikan kawasan Lembah Colol ini sebagai salah satu destinasi wisata unggulan. Selain itu, Desa Colol juga menjadi desa binaan Bank NTT.

"Kita menyambut baik rencana atau terobosan Bank NTT untuk membantu petani kopi dan UMKM di Lembah Colol ini. Salah satunya dengan program kredit tanpa bunga atau kredit merdeka," ujar Kepala Desa (Kades) Ulu Wae, Fransiskus Harsi, dan Kades Ngkiong Dora, Fransiskus Findoro, yang ditemui TIMEX secara terpisah di Lembah Colol, Selasa (20/6).

Bagi pemerintah desa di kawasan Lembah Colol itu, suatu hal yang positif tentu harus disambut dengan baik. Apalagi bank milik pemerintah dan masyarakat NTT ini hadir dengan kepentigan mendorong dan memajukan ekonomi masyarakat. Juga agar UMKM bisa tumbuh, berkembang, dan menjadi mandiri sehingga masalah yang dialami selama ini bisa ditangani.

"Masalah ijon selama ini masih ada. Di sini sejumlah petani butuh uang sebelum musim panen kopi. Sehingga ada petani yang ambil ijon atau pinjam di koperasi harian. Ada banyak UMKM yang usahanya tidak bisa bergerak maju karena terkendal modal. Bahkan mereka juga butuh pendampingan melalui kegiatan pelatihan," kata Kades Harsi dibenarkan Kades Findoro.

Sehingga, diyakini salah satu solusi dalam mengatasi persoalan yang ada adalah kehadiran lembaga keuangan, seperti Bank NTT. Dengan tawaran kredit mikro merdeka, yakni tanpa bunga, tanpa agunan, dan merdeka dari renternir, kehadairan Bank NTT diharapkan tidak hanya secara parsial namun komperhensif. Artinya penanganannya secara total dari hulu ke hilir.

Pemerintah desa juga sangat merindukan kehadiran Bank NTT, agar wilayah yang mereka pimpin itu dijadikan desa binaan Bank NTT. Seperti peran Bank NTT selama ini di Desa Colol, yakni bantuan dan pendampingan terkait dibentuknya BUMDes Poco Nembu. Lembaga BUMDes itu dibentuk untuk menjadi kekuatan penyanggah ekonomi di desa.

"Justru sudah lama kita merindukan kehadiran lembaga keuangan seperti ini desa. Sehingga harapan kami, kalau boleh untuk wilayah Lembah Colol, jangan hanya di Desa Colol saja, tapi empat desa lain di kawasan ini, Bank NTT juga bisa hadir dan menjadikan desa-desa sebagai binaan. Bisa juga memberikan bantuan dan pendampingan bagi petani serta UMKM di wilayah kami masing-masing," harap kedua kades itu.

Kades Harsi menambahkan, Pemkab Matim telah selesai menggelar Festival Kopi Lembah Colol pada 15-16 Juni 2023 di wilayah desanya. Tentu ada banyak tujuan positif dan sudah dirasakan manfaatnya oleh para petani kopi. Namun Ia sangat berharap adanya program sertifikat tanah di wilayah Lembah Colol. Pasalnya seluruh lahan kebun dan pekarangan rumah di wilayah tersebut belum ada sertifikat.

Hal senada disampaikan Kades Rende Nao, Ferdinandus G. Bangung. Saat ditemui TIMEX di rumahnya, Rabu (21/6), Ferdinandus mengaku senang dan menyambut positif program Bank NTT untuk membangun ekonomi masyarakat dan pemerintah desa.

Dirinya menyaksikan, bank ini sudah hadir di wilayah desa itu dengan bantuan sosialnya, yakni bantuan pemasangan meteran listrik gratis untuk 10 unit rumah dari keluarga kategori ekonomi rendah.

"Ada bantuan CSR dari Bank NTT melalui Pemda Matim, dan sebagian dana itu dialokasi oleh pemerintah untuk pemasangan listrik secara gratis di desa ini. Sehingga saya sebagai pemimpin di sini, berterima kasih banyak kepada Bank NTT. Ada juga bantuan lain, termasuk Bank NTT sudah membangun sebuah tulisan Agrowisata Wisata Lembah Colol di pintu masuk, tepatnya di wilayah desa saya," ungkap Ferdinandus.

Khusus rencana Bank NTT yang telah menyiapkan modal untuk bantu petani dan UMKM di Lembah Colol, bagi Ferdinandus itu merupakan angin segar untuk peningkatan ekonomi di wilayah itu. Apalagi Desa Rende Nao, ada sekian banyak pelaku usaha yang membutuhkan modal.

Hal ini tentu menjadi penangkal bagi praktik renternir yang masih ada saat ini. Hadirnya program Bank NTT dengan skim kredit nol persen, itu akan sangat membantu sekali.

"Jujur, sudah lama saya punya rencana bertemu dengan pihak Bank NTT untuk komunikasikan hal ini, namun tertunda karena banyak kesibukan. Jadi ada banyak pelaku usaha di sini yang butuh modal, contohnya mereka yang buka warung di wilayah sebelum masuk Desa Rende Nao. Apalagi kami dengar ada kredit merdeka yang tanpa bunga dan agunan," tutur Ferdinandus.

Sejumlah bangunan usaha warung kopi, makan, dan cemilan milik masyarakat Lembah Colol sebelum memasuki kawasan Lembah Colol yang membutuhkan bantuan modal usaha. (FOTO: FANSI RUNGGAT/TIMEX)

Tokoh masyarakat (Tomas) Desa Colol, Fransiskus Pantur mengaku, Bank NTT selama ini sebetulnya sudah lama berpartisipasi membangun Desa Colol. Selain memberikan dukungan modal paska panen kepada sejumlah petani, juga dukungan pengembangan kapasitas kepada masyarakat melalui pelatihan-pelatihan. Termasuk dukungan terhadap lembaga BUMDes Poco Nembu.

Tidak saja itu. Menurut Fransiskus, intervensi Bank NTT dalam hal promosi dan pemasaran kopi kemasan hasil produksi dari sejumlah pelaku usaha di wilayah Lembah Colol, termasuk kopi Poco Nembu dari BUMDes di desa Colol. Selain itu pengembangan pariwisata di desa itu, dan memfasilitasi pendaftaran merek bagi sejumlah pelaku UMKM.

"Bank NTT juga telah bangun satu tempat Lopo Dia Bisa. Tempat ini kita bisa bertemu dan saling bertukar informasi atau menyampaikan suatu gagasan cemerlang. Bank NTT juga telah membangun suatu tulisan identitas wilayah penghasil kopi di pintu masuk, yakni tulisan Kawasan Lembah Colol. Bagi saya, ini suatu penghormatan terhadap masyarakat di sini," tutur Fransiskus.

Sementara petani kopi asal Desa Wejang Mali, Marselus Karenani, yang ditemui TIMEX di kediamanya menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya atas rencana mulia Bank NTT untuk bersama membangun ekonomi desa, sesuai peran dan fungsinya.

Petani tentu siap menjemput programnya untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan petani. Termasuk fungsi lainnya untuk menghidupkan ekonomi di desa.

"Terkait terobosan Bank NTT melalui bantuan modal berupa kredit merdeka, tentu solusi yang tepat untuk meminimalisir praktek ijon di wilayah itu. Kami sudah mendengar informasi itu, bahwa Bank NTT menyiapkan modal untuk membantu petani dan UMKM melalui kredit merdeka. Pasti kita menjemput program ini, karena bisa mengatasi masalah ijon atau bebas dari praktek renternir," ungkap Marselus.

Apa yang disampaikan para kades dan tokoh masyarakat ini merupakan respon atas pernyataan Direktur Kredit Bank NTT, Paulus Steven Mesakh yang disampaikannya ketika diwawancarai TIMEX di Desa Ulu Wae, saat festival kopi Lembah Colol.

Steven mengatakan, Bank NTT telah menyiapkan dana bagi petani kopi dan UMKM di wilayah Lembah Colol, melalui kredit tanpa bunga dan agunan. 

Perhatian Bank NTT itu, demikian Steven, tentu untuk meningkatkan ekonomi petani dan bisa merdeka dari praktik ijon. Juga agar pelaku UMKM di sana bisa berkembang maju.

"Bank NTT pada prinsipnya siap untuk biayai para petani kopi di Lembah Colol. Bank NTT juga siap memberikan bantuan modal bagi UMKM di wilayah itu, dengan harapan usahanya bisa tumbuh, berkembang, dan bisa menjadi pelaku UMKM yang mandiri. Jadi dalam memberikan bantuan tidak hanya secara parsial namun komperhensif, yakni penanganannya secara total dari hulu hingga ke hilir," kata Paulus Steven. (*)

Penulis: Fansi Runggat

  • Bagikan