Padi Sawah Wae Reca Terancam Puso, Kepala BPBD Matim: Belum Ada Laporan

  • Bagikan
Hamparan sawah Wae Reca dalam wilayah ibu kota Kabupaten Matim, tepatnya di Desa Nanga Labang yang terancam kekeringan, Selasa (28/8). (FOTO: FANSI RUNGGAT/TIMEX)

BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Musim kemarau yang melanda Kabupaten Manggarai Timur (Matim) sebulan terakhir, menyebabkan sebagian dari ratusan hektare tanaman padi di persawahan Wae Reca, Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, mulai kering dan terancam puso. Pasokan air yang minim jadi penyebab masalah ini.

Sebagaimana pantauan media ini, Selasa (29/8), tampak areal persawahan mulai kering. Tampak batang dan daun tamanan padi mulai berwarna kuning kering. Ada sebagiannya, khusus lokasi bagian penghulu saluran irigasi, tanaman masih bertahan hidup karena sedikit mendapat pasokan air. Petani mengaku, lahan pertanianya sudah tidak terairi sejak tiga pekan terakhir.

"Saat ini kemampuan sumber air dari Kali Wae Reca, tidak sebanding dengan luas areal yang ada. Ada puluhan lahan sawah dan tanaman padi yang sudah kering. Kami tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa membiarkan tanaman padi mati mengering," ujar Kristo, petani Desa Nanga Labang dan Merdianus, saat ditemui media ini di persawahan Wae Reca, Selasa (29/8).

Menurut Kristo, hampir sebagian besar usia tanaman padi yang terkena bencana kering di areal persawahan itu, sudah lebih dari satu bulan. Bahkan ada banyak lahan dengan tanaman padi yang sudah berbunga.

Petani dengan sikap pasrah, karena kondisi alam yang membuat air sudah tidak lagi mengalir ke lahan sawah. Harapanya, ada solusi dari Pemerintah, dan banyak berdoa agar musim hujan cepat tiba.

"Harapan kami mungkin ada upaya dari pemerintah setempat, agar petani tidak merugi. Tahun lalu musim kemerau tidak seburuk tahun ini, artinya musim kemerau itu kami masih bisa panen hasil. Informasinya, karena irigasi Wae Laku tertutup material tanah dan batu, sehingga tidak ada tambahan pasokan air ke Kali Wae Reca. Selama ini Kali Wae Reca bertambah debit dari irigasi Wae Laku," kata Kristo diamini Merdianus.

Petani sawah Wae Reca, Kelurahan Rana Loba, Marius Jansi, mengatakan, kekeringan ini karena pasokan air dari Kali Wae Reca melalui bangunan irigasi yang ada, tidak mampu mengairi seluruh lahan persawahan.

Akibatnya, tanaman padi kering, dan sudah pasti puso. Salah satu hal yang mungkin bisa diupayakan itu dengan menggunakan mesin pompa air.

"Mungkin dengan pompa air ini, salah satu solusi yang dibutuhkan biar tanaman yang ada bisa hidup, dan tidak terjadi gagal panen. Selama ini terjadi musim kemerau membuat air yang dibendung dari kali Wae Reca terjadi susut, dan tidak bisa lagi mencukupi kebutuhan untuk seluruh lahan persawahan," bilangnya.

Terpisah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Matim, Petrus Subin, mengaku belum mendapat laporan dari kecamatan terkait peristiwa bencana kekeringan yang terjadi di daerah itu.

Termasuk kekeringan pada tanaman padi di areal sawah Wae Reca yang berlokasi dalam wilayah ibu kota kabupaten Matim tersebut. Saat ini pihaknya masih menunggu laporan itu.

"Sampai sekarang belum ada laporan terkait peristiwa kekeringan yang terjadi pada 12 wilayah kecamatan di Matim. Tentu yang pasti kami tetap mengimbau kepala desa dan kelurahan melalui pemerintah kecamatan untuk memberikan laporan jika terjadi bencana kekeringan di wilayah masing-masing," ujar Subin. (*)

Penulis: Fansi Runggat

  • Bagikan