KUPANG,TIMEX.FAJAR.CO.ID- Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) tekanan kenaikan harga beberapa komoditas mengalami kenaikan. Apa lagi isu ini selalu hadir saat hari raya keagamaan.
"Misalnya beras, dan saat ini sudah mulai nampak ada kenaikan yaitu gula. Bank Indonesia mengajak semua pemerintah daerah dan semua stakeholder di NTT untuk bahu-membahu bisa kendalikan harga ini, agar masyarakat juga menikmati keberhasilan kita mengendalikan inflasi," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Donny Heatubun saat menggelar konferensi pers, Rabu (22/11).
Donny mengatakan, semakin tingginya inflasi akan mengurangi daya beli masyarakat. Sehingga itulah sangat penting pengendalian inflasi. "NTT sudah dua kali alami Deflasi pada Agustus dan September tetapi pada Oktober kita alami inflasi, dan angkanya masih dalam rentan 3+-1 , atau 2,37 persen dan angka inflasi NTT lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional di angka 2,56 persen," jelasnya.
Artinya, kata Donny, hasil yang baik ini adalah hasil kerja kerja bersama, tentunya dengan kondisi itu, sebagai modal utama agar inflasi di November dan Desember bisa dikendalikan. Namun tentunya memperhitungkan isu yang ada, apa lagi akan ada Nataru, diharapkan bisa dikendalikan sesuai dengan target nasional.
Di sisi lain, kata Donny, isu cuaca pun tetap mendominasi, badai El Nino yang menyebabkan musim panas dan kekeringan berkepanjangan, apa lagi tidak menyeluruh secara nasional, walaupun beberapa daerah di NTT sudah alami hujan, diharapkan daerah itu sudah bisa mulai menanam, sehingga bisa membantu.
"Upaya operasi pasar murah dan subsidi transportasi dan komunikasi yang efektif akan terus dilakukan untuk mengendalikan inflasi di NTT. Kita juga ada Tagline Belanja Bijak, kini ditambah dengan mulai konsumsi pangan lokal. Apa lagi di NTT dan beberapa daerah di Indonesia Timur, sebenarnya bisa konsumsi ubi, jagung, ketela dan lainnya. Jangan sampai harga beras terus melambung naik dan isu cuaca ekstrim terus melanda, dikhawatirkan harga beras akan sangat tinggi sekali," ungkapnya.
Upaya ini merupakan bentuk dukungan Bank Indonesia, untuk terus mengkampanyekan untuk konsumsi pangan lokal. "Bank Indonesia bersama Pemerintah Kota Kupang pun sudah memasang tiga papan LED di tiga pasar di Kota Kupang, yaitu Pasar Oebobo, Pasar Naikoten dan Pasar Oeba, diharapkan masyarakat dapat memiliki informasi harga acuan sebelum berbelanja," jelasnya.
Dia melanjutkan, kondisi di triwulan III ini tidak sebaik di triwulan II, pada triwulan III ini, pertumbuhan ekonomi merosot ke angka 2,08 persen, positif tetapi mengalami penurunan.
"Pada Triwulan II kita tertolong dengan even besar di Labuan Bajo, sehingga konsumsi pemerintah cukup tinggi namun sayangnya itu tidak berlanjut di triwulan III," ungkapnya.
NTT tumbuh di 2,08 persen, tetapi kalau dilihat grafiknya maka mengalami penurunan.
"Mari kita sama sama mengawal perekonomian di NTT supaya angkanya kembali menguat, namun memang tantangannya cukup besar, sehingga komunikasi pun sangat dominan, Pemda dan keuangan, perlu terus komunikasi agar ekonomi NTT kembali naik," imbuhnya.
Dia berharap agar belanja pemerintah pun bisa dipercepat agar dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi di NTT.
Dari sisi pasokan, kata Donny, untuk isu beras memang masih stok ketahanan sampai 17 minggu, dan ayam RAS dua minggu, daging sapi tiga minggu, cabai rawit merah empat minggu dan lainnya. Jadi masyarakat jangan panik karena stoknya tersedia. Bulog NTT pun terus mendatangkan beras.
Harga tiket pesawat, pun menjadi hal yang tidak bisa dikendalikan karena merupakan kebijakan pemerintah pusat. Memang angkutan udara kebijakannya di pemerintah pusat, tetapi diharapkan komunikasi dengan pemerintah pusat, isu untuk angkutan udara bisa stabil, memang dipahami bahwa kondisi maskapai belum pulih sejak Pandemi Covid-19, diharapkan dengan masuknya Air Asia, penerbangan Kupang ke Denpasar, diharapkan bisa membantu menstabilkan. (thi)