Olah Minyak Kelapa, OSIS SMANSA Ambal Terlibat Tekan Stunting

  • Bagikan
IST PMT. Siswa SMANSA Amdal memberikan makanan tambahan kepada anak-anak stunting di Amfoang Barat Laut, Selasa (16/1)

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Sekolah Menengah Atas Negeri 1 (SMANSA) Amfoang Barat Laut (Ambal) Kabupaten Kupang terlibat penanganan masalah stunting. Penanganan masalah kesehatan pada anak-anak melalui pembagian makanan tambahan.

Sekretaris Osis SMANSA Ambal, Epifania Baimnune menyebut program pemberian makanan tambahan bagi adik-adik tersebut atas inisiatif sendiri mengingat masalah stunting menjadi isu nasional dan NTT menjadi provinsi penyumbang stunting tertinggi.

“Program kerja OSIS ini berjalan atas kerja sama dan kesepakatan bersama dengan Guru Matapelajaran Geografi sekaligus Pembina OSIS SMANSA Ambal,” ungkapnya.

Dikatakan pemberian makanan tambahan ini, pembiayaannya dilakukan dengan penggalangan dana bersama. Menariknya, dana yang diperoleh berkat pembelajaran Geografi dengan model pembelajaran kontekstual, dimana sumber daya alam di Amfoang dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup orang Amfoang.

“Kami pengelolaan buah kelapa Amfoang jadi minyak goreng. Dengan adanya kerja sama tersebut peserta didik diminta untuk membawa buah kelapa satu orang 1 buah ke sekolah kemudian OSIS mengelolanya menjadi minyak goreng dan dijual. Hasil dari jualan minyak goreng tersebut digunakan untuk mensukseskan program penanganan stunting melalui komunitas peduli gizi anak Amfoang yang dibentuk oleh OSIS SMANSA Ambal,” Jelas Baimnune.

Di kesempatan yang sama, Gusty Haupunu Guru Mapel Geografi juga menjelaskan kerjasama ini sudah dilakukan sejak 2022 di saat minyak goreng langka di Indonesia.

“Jadi saat persoalan itu dialami, kami OSIS melakukan inovasi dengan membuat minyak kelapa mandiri. Selanjutnya program tersebut berjalan hingga penanganan stunting di Amfoang Barat Laut. Hal ini merupakan bentuk kepedulian dari kami untuk tumbuh kembang anak dan kecerdasan anak di Amfoang,” sebutnya.

Haupunu menambahkan, dengan adanya model pembelajaran ini berhasil diaplikasikan dalam penyelesaian persoalan di desa dan bangsa pada umumnya.

“Belajar tidak selamanya difokuskan di kelas. Dengan kegiatan seperti ini peserta telah mendapatkan materi tentang kesehatan, pemanfaatan SDA, Peduli terhadap masalah bangsa, bertanggung jawab, dan mandiri. Targetnya mereka akan menjadi pemimpin yang selalu berpihak pada masyarakat kecil,” tandasnya.

Ketua Komunitas Peduli Gizi Anak Amfoang, Priskila Tamelab mengatakan menanganan stunting tidak hanya dilakukan oleh pihak medis atau puskesmas dan pemerintah namun semua pihak harus terlibat termasuk pihak sekolah.

“Menangani stunting semua pihak harus mengambil bagian didalamnya termasuk OSIS. Stunting akan mudah dilawan bila semua pihak peduli dan terlibat,” katanya saat menyampaikan sambutan di Posyandu III, Desa Oelfatu, Selasa (16/1).

Untuk diketahui, pemberian makanan tambahan diberikan kepada 3 pos pelayanan yakni Pos I dengan sasaran 2 orang anak, Pos II dengan sasaran 8 orang anak dan Pos III dengan sasaran 11 orang anak.

Dalam pelayanan makanan tambahan di pos III juga dilakukan pemaparan materi stunting oleh sekretaris OSIS dan penyampaian sambutan dari Ketua peduli gizi anak Amfoang dan Pembina OSIS. Acara ini dipimpin oleh Ketua OSIS SMAN 1 Amfoang Barat Laut Gray Sandi Riwu. (cr6/thi)

  • Bagikan