BI Tingkatkan Daya Tarik Aset Rupiah

  • Bagikan
SALMAN TOYIBI/JAWA POS MAKIN KUAT: Petugas menghitung mata uang USD di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, kemarin (17/4). Nilai tukar Rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat dalam sepekan terakhir ini.

Perubahan Suku Bunga Acuan Tunggu Rapat Dewan Gubenur

JAKARTA,TIMEX.FAJAR.CO.ID- Nilai tukar Rupiah semakin terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) alias USD. Bloomberg Market Spot Rate hingga pukul 18.36 WIB kemarin (17/4), USD menguat 44,5 poin atau 0,28 persen terhadap rupiah di level Rp 16.220. Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia (JISDOR BI) mencatat mata uang Garuda berada di posisi Rp 16.240 per USD.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto menyatakan, selama periode libur Lebaran terdapat perkembangan di global. Rilis data fundamental AS makin menunjukkan bahwa ekonomi masih cukup kuat. Seperti data inflasi dan retail sales yang di atas ekspektasi pasar. Selain itu, terdapat memanasnya konflik di Timur Tengah, khususnya konflik Iran dengan Israel.

“Perkembangan tersebut menyebabkan makin kuatnya sentimen risk off, sehingga mata uang EM (emerging market), khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap USD,” kata Edi kepada Jawa Pos kemarin (17/4).

Bahkan, lanjut dia, sudah di sekitar Rp 16.100 dan terus melemah dalam dua hari terakhir. Sehingga, Rupiah dalam dua hari terakhir diperdagangkan di kisaran Rp 16.150 sampai Rp 16.250 per USD.

Bank Indonesia (BI) memastikan akan melakukan langkah-langkah strategis dan terukur untuk menjaga kestabilan Rupiah. Yakni, dengan terus berada di pasar untuk menjaga keseimbangan supply-demand valas di market. Baik melalui triple intervention khususnya di pasar spot dan domestic non-deliverable forward (DNDF).

BI juga akan meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong capital inflow. Seperti melalui sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan hedging cost. Selain itu, memperkuat koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait. Yaitu, pemerintah, Pertamina, dan yang lainnya.

Terkait potensi BI menaikkan suku bunga acuan, Edi tidak mau gegabah. “Kalau terkait menaikkan suku bunga itu kewenangan Rapat Dewan Gubernur (BI). Tentunya perlu pembahasan lebih luas dan dalam,” tandasnya.

Pada Selasa (16/4), Presiden Joko Widodo memanggil beberapa menteri dan Gubernur BI Perry Warjiyo untuk membicarakan soal isu geopolitik. Serangan yang diluncurkan Iran kepada Israel membuat banyak negara khawatir. Termasuk Indonesia.

Seusai rapat, Perry memastikan bahwa pihaknya akan terus menjaga nilai tukar Rupiah. Berbagai intervensi akan dilakukan. “Kita koordinasi dengan pemerintah, dengan fiskal, bagaimana jaga moneter dan fiskal,” ungkapnya. Dia juga memastikan pasar untuk melakukan langkah yang selaras agar stabil. Sayangnya Perry enggan untuk merincikan bagaimana arahan Jokowi. (han/lyn/dio/thi)

  • Bagikan