Turunkan Kredit Macet Hingga 2,68 Persen, Ini Rencana Bisnis Bank NTT di 2022

  • Bagikan

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Direktur Pemasaran Kredit Bank NTT, Paulus Stefen Messakh, menyatakan, pihaknya terus berupaya untuk membenahi sejumlah persoalan dari sisi kredit. Pasalnya, Bank NTT mengawali tahun 2021 dengan permasalahan rasio Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet dari tahun 2020 pada kisaran 4,48. Sampai akhir tahun ini, NPL masih tentatif dan akan dilihat hingga 31 Desember 2021.

“Tapi sesuai target yang sudah ditetapkan, diharapkan NPL berada pada angka 2,68 atau di bawah angka ini, melihat kinerja Divisi Kredit yang mempunyai optimisme yang besar terkait dengan perbaikan NPL,” ungkap Stefen saat Media Gathering Bank NTT di Ruang Sonaf Subasuka Paradise, Kamis (30/12). Hadir saat itu Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, Direktur Teknologi Informasi dan Operasional, Hilarius Minggu, dan Direktur Kepatuhan, Christoffel Adoe.

Stefen mengaku, sepanjang 2021, terjadi pertumbuhan kredit sebanyak tiga persen lebih atau mencapai Rp 426 miliar.

Angka ini, kata Stefen, memang terlihat kecil. Tetapi dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini, angka ini sangat luar biasa. Salah satu kendala, lanjut Stefen, adalah permintaan dari sisi kredit produktif tidak begitu besar. Hal ini selain karena kondisi pandemi Covid-19, pihak bank dalam melayani permintaan kredit melihat persyaratan teknis yang dilaksanakan dengan lebih hati-hati.

“Memang komitmen kita bahwa untuk tahun 2021 ini, kita tidak terlalu mengejar pertumbuhan yang sangat besar, karena pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kita mengejar pertumbuhan yang sangat besar tetapi kualitas kredit kita sangat buruk sekali. Oleh karena itu kita lakukan pembenahan-pembenahan terkait dengan kredit,” jelasnya.

Stefen menyebutkan, pembenahan yang dilakukan adalah tata kelola manajemen risiko kredit, yakni bagaimana proses kredit tidak prudent dengan manajemen proses yang belum maksimal, dikelola untuk lebih maksimal lagi.

“Kita juga melakukan penerapan manajemen risiko yang lebih hati-hati, yaitu proses yang dilakukan lebih baik lagi dari sebelumnya. Kami juga melakukan pembenahan terhadap pengendalian manajemen risiko. Ini konsep yang kita bangun sehingga pertumbuhannya tidak terlalu besar tetapi kita lebih hati-hati,” tandasnya.

BACA JUGA: Gelar Media Gathering, Alex Riwu Kaho Beber Prestasi Bank NTT Selama 2021

Meski demikian, Stefen mengaku, bukan berarti ada istilah takut untuk memberikan kredit tetapi Bank NTT tetap melakukan ekspansi namun lebih hati-hati melihat kondisi debitur. “Proses pemberian kredit tetap memperhatikan manajemen risiko lagi tahun ini,” ujarnya.

Stefen menjelaskan, pertumbuhan kredit Bank NTT tahun ini masih dibantu oleh kredit konsumsi. Tetapi tahun-tahun mendatang Bank NTT akan lebih konsen untuk UMKM, jika kondisi ini sudah mulai pulih dari pandemi Covid-19.

“Sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu penetapan mengenai rasio pembiayaan inklusi makro prudential tahun 2022, Bank NTT menargetkan pada Juni 2022, pembiayaan UMKM sebesar 20 persen,” jelasnya.

Stefen melanjutkan, sesuai data yang ada sekarang, rasio pembiayaan inklusi itu sudah mencapai 22 persen, dan akan terus dikejar sampai tahun 2023, dimana sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai rasio pembiayaan inklusi makroprudensial, sudah harus mencapai 30 persen.

“Langkah yang kita laksanakan sudah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank atau RBB, tahun 2022 kita sudah bisa melakukan pembiayaan yang lebih prudent dan lebih ekspansi pada sisi UMKM,” tutur Stefen.

Stefen membeberkan, guna meningkatkan pertumbuhan, Bank NTT pada tahun 2022 akan menambah lagi jumlah desa binaan. “Selama tahun 2021, setiap kabupaten/kota hanya ada satu desa binaan, maka tahun 2022 nanti kita akan naikan menjadi lima desa,” sebut Stefen.

Pertumbuhan ekonomi yang berakar dari desa, demikian Stefen, harus digenjot. Ini merupakan tanggung jawab Bank NTT, dimana sesuai misinya terus menggali sumber potensi daerah. “Ada tiga sektor yang menjadi fokus penggalian potensi daerah, yaitu sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Ini bisa dimaksimalkan di desa,” pungkas Stefen Messakh. (mg25)

  • Bagikan