Tarik Minat Wisawatan, Bupati Nagekeo: Bangun Desa Wisata dengan Hidupkan Tradisi Budaya

  • Bagikan
BANGUN DESA WISATA. Bupati Nagekeo, Yohanes Don Bosco saat tiba di Desa Ululoga, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo untuk membuka kegiatan Pelatihan Pengelolaan Desa wisata, Kamis (9/6). (FOTO. ISTIMEWA)

MBAY, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Guna menarik minat wisatawan, masyarakat, dan para pelaku wisata di desa wisata, Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco meminta masyarakat daerah itu menghidupkan kembali tradisi budaya warisan nenek moyang.

Permintaan ini disampaikan Bupati Don Bosco saat membuka kegiatan Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata di Desa Ululoga, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Kamis (9/6). Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata ini diikuti sebanyak 50 peserta dari 19 desa wisata yang tersebar di 7 kecamatan di Nagekeo.

Pelatihan itu sendiri dibagi dalam dua sesi, yakni pelatihan di Desa Ululoga dan kunjungan lapangan di Pantai Wisata Enagera, Desa Wolotelu, Kecamatan Mauponggo. "Saya minta para pelaku wisata dan masyarakat di desa mampu membawa wisawatan, lebih khusus turis asing untuk bisa berbaur bersama masyarakat," pinta Bupati Don Bosco.

Bupati Don Bosco juga menjelaskan bahwa wisawatan asing saat ini lebih cenderung mengunjungi suatu destinasi wisata sekaligus mengetahui serta merasakan apa yang menjadi kebiasaan masyarakat lokal. "Wisawatan itu ingin terlibat dalam aktivitas sehari-hari kita. Wisawatan sekarang itu mau mengalami, wisawatan asing tidak lagi datang dengan rombongan besar. Mereka datang dengan rombongan kecil atau perorangan dan mau menginap dengan kita," katanya.

Oleh sebab itu, lanjut Bupati Don Bosco, pelaku wisata diharapkan menghidupkan kembali ritus dan tradisi budaya warisan leluhur dengan menerapkan kalender budaya secara baik seperti berburu, berkuda, tinju adat, hingga mencari ikan dengan cara tradisional.

"Harus mampu membawa wisatawan untuk mengalami seperti Ngoka (mencari ikan dengan cara tradisional). Kita mencari ikan dalam jebakan air menggunakan tuba dan itu bagian dari cerita dan mereka (Wisatawan, Red) mau mengalami langsung. Ini sesuatu yang menarik," jelasnya.

Hal lain yang tak kalah penting, kata Bupati Don Bosco, adalah bagaimana mempromosikan potensi wisata melalui cerita (story telling). Pasalnya, selain tradisi budaya, produk lokal, dan lain sebagainya, sesuatu yang paling diburu oleh wisatawan asing adalah soal cerita.

Meski pada umumnya pola hidup masyarakat Nagekeo lebih banyak mengikuti tren modernisasi, akan tetapi guna menarik wisatawan untuk bisa betah dan tertarik mengunjungi desa wisata, Bupati Don Bosco menyarankan agar para pelaku wisata di desa, mempertahankan kekhasan asli daerah masing-masing.

Sudah menjadi suatu tuntutan bagi pelaku wisata di satu destinati wisata adalah menyiapkan produk khas, baik itu berupa souvenir, tenun ikat, hingga kuliner. Sebab, wisatawan yang datang bukan hanya menikmati keindahan alam desa wisata, akan tetapi sekaligus produk lokal di dalamnya.

Aktifitas kepariwisataan tidak lepas dari kuliner, soalnya hampir setiap wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah selalu mencicipi kuliner lokal ataupun membeli oleh-oleh untuk keluarga.

Oleh sebab itu, Bupati Don Bosco berharap, setiap desa wisata diharapkan mampu menghasilkan produk unggulan yang bersumber dari potensi lokal. Minimal satu desa satu produk. "One Village One Product, itu konsep yang akan dikembangkan di desa" tegas Bupati Don Bosco.

Di wilayah Kecamatan Mauponggo misalnya, Bupati Don Bosco menyarankan agar olahan masakan lokal Muku Ghe'u (Masakan pisang yang dicampur dengan daging) dapat dikreasikan menjadi satu brand pasta pisang.

Bupati Don Bosco berharap, dengan adanya pelatihan pengelolaan desa wisata ini, destinasi desa wisata masing-masing menjadi magnet yang kuat untuk mengundang wisatawan asing maupun lokal.

Dalam pelatihan ini, Dinas Pariwisata Kabupaten Nagekeo menghadirkan dua narasumber dari Destination Management Organiztation (DMO) Flores yang berkedudukan di Ende, yakni Sevnita Saptrya Titus dan Alfonsius Sumarno Patu. (*)

Penulis: Saver Bhula

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan