BP UMKM Kelurahan LLBK Siap Majukan UMKM di Kota Kupang

  • Bagikan
PEDULI UMKM. Ketua Badan Pengelola UMKM Kelurahan LLBK Kota Kupang, Syamsudin Abdulahi (kanan) ketika berbincang di Podcast Timex, Kamis (13/10). (RESTI SELI/TIMEX)

Podcast Timex, Kamis (13/10) menghadirkan Ketua Badan Pengelola UMKM Kelurahan LLBK Kota Kupang, Syamsudin Abdulahi. Dalam podcast yang dipandu Pemimpin Redaksi Timex, Kristo Embu itu membahas mengenai peran Badan Pengelola UMKM tersebut.

RESTI SELI, Kupang

Syamsudin menjelaskan, awal terbentuknya badan pengelola tersebut berangkat dari kondisi yang terjadi di kelurahan tersebut sebagai pusat perdagangan di Kota Kupang. Namun, masih ada masyarakat yang marjinal. Pemerintah dan masyarakat melihat seharusnya warga LLBK sudah hidup dalam taraf yang layak.

Padahal, lanjut Syamsudin, nyatanya masih banyak warga yang terpinggirkan. “Pemerintah menganggap di situ banyak orang kaya, tapi ternyata warga di situ tidak beranjak naik dan malahan lebih banyak hanya sekadar hidup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” jelas Syamsudin.

Itulah yang menyebabkan munculnya Badan Pengelola UMKM. Badan tersebut bergerak untuk memasarkan, mengemas dan mengubah sistem pengelolaan. Para ibu difokuskan pada produksi, sedangkan pengemasan dan pemasaran menjadi bagian badan pengelola.

“Kita coba mensiasati agar ibu-ibu hanya fokus produksi, tidak pikir pengemasan, pemasaran. Karena itu, kita badan pengelola sudah menyiapkan pengemasan yang baik dan pemasaran via online melalui media sosial dan grab. Sedangkan untuk offline ada kafe. Di situlah tempat pusat pemasaran,” terangnya.

Ia menjelaskan, saat ini kaum marjinal tersebut sudah rutin memproduksi. Ia memastikan sudah ada tempat pemasaran bahkan, setiap kali ada kegiatan ataupun bazaar, para pelaku UMKM tersebut selalu hadir. Sehingga, omset pelaku UMKM bisa meningkat.

Ia menyebut, ada sistem bagi hasil dari penjualan tersebut, yakni untuk anggota yang sudah memproduksi dan juga untuk badan pengelola sebagai biaya operasional.

Syamsudin menyampaikan, tidak fokus menjajalkan pasar premium, sebab dirinya melihat peluang market terbuka lebar untuk produk-produk khususnya cemilan untuk menengah ke bawah.

“Kita harus mulai melihat ada pangsa pasar yang terbuka terutama di warga pendapatan menengah ke bawah itu kami jajalkan cemilan ke kios, sekolah, di restoran,” ujarnya.

Menurutnya, ada potensi marketing yang luar biasa dan dapat dibidik. "Pasar sebenarnya sudah ada, tinggal bagaimana pelaku UMKM mengisinya," tegas pegiat UMKM ini. Dengan begitu, dirinya memilih untuk tidak fokus memasarkan produk premium sebab membutuhkan banyak biaya seperti promosi dan sebagainya.

Saat ini, Syamsudin mengatakan kesulitan yang dihadapi adalah sarana produksi. Sebab, sarana produksi yang tidak merata membuat kualitas produk tidak konsisten dan dapat menimbulkan persaingan di antara UMKM dengan yang lainnya.

“Ini UMKM dari nol sehingga sarana produksi itu menjadi kendala. Begitu ada permintaan produk yang banyak, kita terkendala dengan produksi berkelanjutan sebab cita rasa yang berbeda nantinya mempengaruhi pembeli,” terangnya.

Menurutnya, strategi yang saat ini sedang dijalankan adalah mengenalkan produk dan mempertahankan kontinuitasnya agar memiliki pelanggan yang tetap. Kalau tidak dapat menjaga pelanggan, maka tidak mampu menjaga pasar. Untuk itu, badan pengelola juga masih mencari peluang dan sementara melangkah mewujudkan sarana produksi yang merata.

“Kita minta dukungan dari pemerintah, memang ada perhatian dari perbankan tapi kebanyakan itu kredit. Nah kita ini kan usaha mikro jadi agak berat,” tuturnya.

Badan pengelola telah membuka kemitraan dengan pelaku UMKM dari Alak, Sikumana dan Liliba. Syamsudin mengatakan mengambil produk yang khas dan menjadi tren untuk dikemas dan dipasarkan. Sedangkan para mitra tersebut hanya bertugas untuk memproduksi.

Dengan begitu, ia berharap mampu meningkatkan keuangan dari warga sehingga mereka memiliki semangat untuk bekerja. Ia mengungkapkan, perlu adanya perhatian pemerintah untuk menciptakan regulasi pemetaan terhadap produk-produk UMKM.
Di ujung podcast, ia berharap agar UMKM bisa maju dan berkembang semakin kuat sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di Kota Kupang. (cr1/ito)

  • Bagikan