Briket Arang Kelapa jadi Solusi Atasi Kenaikan Harga BBM

  • Bagikan
BERSAMA. Dosen Prodi Mekanisasi Pertanian UKAW, Arlindo U.S. Kette, Sp., MSi bersama mitra PKM KBPM mengolah Briket Arang Kelapa menggunakan Tepung Ubi sebagai pengganti BBM di Desa Tolnaku, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Rabu (30/11). (ARLINDO KETTE FOR TIMEX)

PKM Dosen UKAW Kupang di Desa Tolnaku

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang terus melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada untuk dijadikan produk yang bernilai ekonomi. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.

Seperti halnya dilakukan dua orang dosen Program Studi (Prodi) Mekanisasi Pertanian UKAW, Arlindo U.S. Kette, Sp., MSi dan Ir. Jemmy J.S. Dethan, MP. Lewat Program Kemitraan Masyarakat (PKM) KBPM Tahun Akademik 2021/2022, kedua akademisi ini mencoba mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat.

Seperti diketahui, Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami kenaikan harga sehingga dampak ikutannya terjadi inflasi. Melihat persoalan yang melilit kebutuhan masyarakat, keduanya mencoba melatih masyarakat Desa Tolnaku, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang untuk mengolah Briket Arang Kelapa menggunakan Tepung Ubi sebagai pengganti BBM.

Ketua Tim, Arlindo Ketti mengatakan kelapa menjadi prioritas utama dalam kehidupan masyarakat, baik diusahakan dalam bentuk kelapa segar maupun menjadi kelapa dalam bentuk olahan. Kelapa hasil pengolahan biasanya diolah dalam bentuk Minyak Kelapa Goreng dan Minyak Kelapa Murni (VCO).

Nilai ekonomi dari pengolahan kelapa sangat menjanjikan, dibandingkan kelapa segar oleh karena itu banyak masyarakat yang cenderung mengolah kelapa menjadi Kelapa hasil pengolahan. Tempurung kelapa sebenarnya dapat dimanfaatkan serta bisa menjadi salah satu alternartif energy terbarukan.

"Biobriket dengan limbah tempurung kelapa 20-25 buah diharapkan didapatkan hasil briket sebanyak 50 biobriket sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat," katanya.

Desa Tolnaku yang berjarak kurang lebih 45 km dengan jarak tempuh 1 jam 32 menit dari kampus UKAW, menjadi pilihan pengabdian karena salah satu sentra produksi kelapa di Kabupaten Kupang.

"Pada tahun 2021, produksi kelapa di Propinsi NTT 68.620 ton per tahun.
Produksi kelapa di wilayah Fatuleu mencapai 158 ton per tahun. Masyarakat desa Tolnaku umumnya menjual kelapa kering ataupun kelapa muda dengan harga yang sangat murah," katanya.

Kelapa hasil pengolahan biasanya diolah dalam bentuk Minyak Kelapa Goreng dan Minyak Kelapa Murni (VCO). Kelompok mitra produsen VCO desa Tolnaku mulai merintis usahanya dalam skala industry rumah tangga yang anggotanya terdiri dari keluarga sendiri yaitu ayah, istri dan ke 3 orang keluarga dekat.

Usaha mitra berhasil menarik minat masyarakat sekitar, sehingga produk kelapa masyarakat dijual pada Mitra produsen VCO. Ketika ingin mengembangkan produksi dalam jumlah yang lebih banyak, maka diperlukan tambahan tenaga kerja. Hingga kini jumlah anggota kelompok yang aktif sudah mencapai 12 orang, sudah menggunakan peralatan/ mesin parut, maupun mixer.

Secara teknologi proses pembuatan VCO oleh mitra sudah trampil. Setiap kali proses pembuatan menggunakan 50 buah kelapa dan menghasilkan rendemen minyak 6-7 liter.

Usaha mitra pembuatan VCO dan minyak kelapa goreng, dalam setiap usahanya menggunakan kelapa dalam jumlah banyak 50 buah kelapa pengolahan minyak kelapa murni dan minyak kelapa goreng ternyata juga meninggalkan permasalahan dalam sampah tempurung
kelapa yang meningkat dalam jumlah banyak.

"Pengatahuan ketrampilan dalam mengolah sampah tempurung kelapa ini menjadi persoalan bagi kelompok mitra di desa Tolnaku, yang
dimana setiap harinya kelompok selalu mengusahakan minyak kelapa tentunya akan meningkat jumlah sampah tempurung kelapa tersebut," ungkapnya.

Untuk mengatasi persoalan mitra, dilakukan pelatihan dan mendampingi pelaksanaan kegiatan pembuatan biobriket arang kelapa menggunakan tepung ubi kayu.

Briket merupakan sebuah bahan yang dapat dibakar dan digunakan sebagai bahan bakar untuk mempertahankan nyala api briket yang paling umum digunakan adalah briket arang dari tempurung kelapa.

"Cara pembuatan briket pun terbilang cukup mudah dimana tempurung kelapa dikering lalu dibakar hingga menjadi arang setelah itu dicampur dengan adonan tepung tapioka kemudian dibentuk atau di cetak dengan berbagai bentuk dan di keringkan dibawah sinar matahari langsung," jelasnya.

Salah satu kegunaan briket dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai pengganti minyak tanah, gas serta ramah lingkungan dan sangat ekonomis. Manfaat briket biasanya digunakan untuk memasak dan untuk melakukan proses pembakaran.

"Briket juga bisa digunakan
untuk membuat pembangkit listrik tenaga uap. Kerena pada dasarnya briket juga dapat digunakan sebagai pengganti batubara. Sehingga dengan kenaikan BBM saat ini, briket menjadi solusi bagi masyarakat," pintanya.

Dikatakan pengabdian kepada minta akan dilakukan selama tiga bulan kedepan dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan perencanaannya. (r3/ays)

  • Bagikan