Hukum Cinta Kasih Yang Melampaui

  • Bagikan

MENGUCAPKAN kata mengasihi itu mudah. Tetapi mempraktikkan mengasihi itu susah. Kecenderungan manusia adalah membalas bila disakiti. Atau merasa senang bila menyakiti dan luput dari balasan. Bila belum terbalaskan rasa sakit itu, orang tak kan tinggal diam. Dendam kesumat menguasai diri. Waktulah yang berbicara kemudian, ketika tiba momen dan peluang untuk membalas rasa sakit itu.

Dalam kotbah di bukit, Yesus mengajar para muridNya untuk mempraktikkan kasih yang melampaui. Yesus membuat perbandingan antara hukum lama dan hukum baru. Antara hukum Taurat dan hukum Cinta Kasih. Apa yang tertulis dalam hukum Taurat, dibarui dan disempurnakan Yesus dengan hukum Cinta Kasih yang melampaui. Perikop Mat 5:38-48 berbicara tentang hal ini. Yesus membandingkan beberapa unsur dari hukum Taurat dengan unsur baru dari hukum Cinta Kasih yang dibawanya. Pertama, hukum Taurat mengajarkan hukum setimpal. Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Hukum setimpal ini memperlihatkan sisi keadilan yang setara dari unsur kerugian yang ditimbulkan. Materi kerugian dalam ukuran dan jumlah tertentu harus dibalaskan dengan kerugian dalam ukuran jumlah yang sama. Jadi setimpal. Ajaran hukum setimpal ini disempurnakan oleh Yesus dengan hukum baru yang melampaui. Hukum Cinta Kasi.

Ajaran dari hukum baru ini adalah tidak melawan orang yang berbuat jahat atau merugikan kita. Bahkan lebih dari itu, memberi diri untuk diperlakukan buruk lebih banyak lagi dari sisi yang lain. Hal itu dinyatakan dengan pernyataan bahwa kalau ada yang menampar pipi kanan, berikan juga pipi kiri; kalau ada yang mengingini baju, berikan juga pakaian; bila dipaksa berjalan satu mil, berjalanlah sejauh dua mil; serta memberi apa yang diminta orang dan tidak menolak memberi pinjaman. Kelihatan jelas ajaran Yesus ini sangat radikal dalam cinta yang berkorban. Hukum baru ini melampaui apa yang normal dan biasa dilakukan manusia pada umumnya.Unsur kedua yang diajarkan Yesus adalah tentang mengasihi sesama.

Perintah dalam hukum lama menyatakan bahwa orang harus mengasihi sesama, tetapi membenci musuh. Ini berarti sesama yang dimaksudkan adalah kaum sebangsa atau orang yang tidak memusuhi kita. Sedangkan bangsa lain atau non Yahudi dianggap bukan sesama manusia dan dipandang sebagai musuh yang harus dibenci. Siapapun yang memusuhi kita harus dibenci. Ajaran lama ini disempurnakan Yesus dengan ajaran baru yaitu mengasihi yang melampaui, mengasihi tanpa ukuran dan batasan, mengasihi tanpa syarat. Bahkan kepada orang yang berbuat jahat atau yang memusuhi kita pun Yesus mengajarkan supaya mereka juga dikasihi dan didoakan. Ini tentu sulit diterima manusia pada umumnya yang hidup dalam paradigma balas dendam serta suka membenci musuh.

Yesus mengajarkan sebuah penghayatan cinta yang melampaui kebencian dan permusuhan. Dalam kategori cinta ini, musuh ditiadakan. Yang ada hanyalah sesama yang tetap dikasihi, walaupun perbuatannya buruk terhadap kita. Patokan cinta yang melampaui ini adalah Allah Bapa sendiri yang mengasihi semua manusia, yang memberikan matahari bagi orang jahat dan orang baik, memberikan hujan bagi orang benar dan tidak benar. Jika Allah Bapa mengasihi tanpa pamrih dan melampaui seperti itu, maka para murid Kristus juga hendaknya mengasihi secara demikian. Yesus sendiri memberikan contoh dari diriNya sendiri.

Hidup dan karyaNya mencerminkan cinta yang berkorban. Semua yang dikatakan dan diperbuatNya merupakan implementasi dari hukum Cinta Kasih yang melampaui. Peristiwa salib adalah contoh paling nyata dari cinta yang berkorban itu. Di atas kayu salib, Yesus berdoa bagi mereka yang menganiaya dan membunuhNya. Yesus mengasihi mereka dan berdoa untuk keselamatan mereka dengan memohon pengampunan dari Bapa.

Ajaran Yesus memang sangat radikal dan sulit diterima manusia pada umumnya. Tetapi bagi manusia kristiani yang percaya kepadaNya, itulah jalan hidup yang mesti diterima dan dihayati dengan sukacita. Itulah jalan injili yang membawa manusia beriman kepada keselamatan. Mau tak mau, suka tak suka, seorang murid Kristus terus-menerus belajar mengasihi yang melampaui. Bagi seorang murid, tak ada namanya musuh. Karena semua manusia baginya adalah sesama yang dikasihi. Apapun perbuatannya, sesama dikasihi setulus hati dan didoakan untuk kebaikan dan keselamatannya. Cinta kasih yang melampaui itu membuat orang beriman mampu mengatasi dendam, kebencian dan kemarahan. Cinta kasih membuatnya mampu mengolah semua energi negatif dalam diri menjadi energi positif yang membawa damai, sukacita, persaudaraan.

Menjadi murid Kristus berarti menghayati hidup Kristus. Artinya cara berpikir Yesus, cara bertutur dan cara bertindakNya menjadi cara berpikir, cara bertutur dan cara bertindak kita. Dengan demikian kita akan mampu mengasihi sesama dengan benar sesuai kehendak Yesus. Itulah mengasihi yang melampaui. Itulah hukum Cinta Kasih yang melampaui. Kiranya semua murid Kristus masa kini terinspirasi selalu untuk terus-menerus mengolah diri dan menyelaraskan diri dengan Yesus.

Marilah kita menjadi manusia kasih, kapanpun, di manapun, dan dalam keadaan apapun. Kasih Kristus mengalahkan segala-galanya.

Rm. Siprianus S. Senda, Pr

Seminari Tinggi Santo Mikhael Kupang

  • Bagikan