UKAW dan Undana Identifikasi Industri Perikanan RI-RDTL

  • Bagikan
FGD. Peserta FGD Pengembangan Industri Perikanan di Wilayah Perbatasan RI-RDTL, sedang menyimak materi yang disampaikan oleh Dr. Frans Gana, yang berlangsung di Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT wilayah TTS, TTU, Belu dan Malaka di Atambua, Jumat (28/7). (FOTO: ISTIMEWA).

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang dan Universitas Nusa Cendana (UNDANA) bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT dengan didukung oleh Bank Indonesia Institute melakukan kajian yang bertujuan mengidentifikasi isu dan dinamika pengembangan industri perikanan di wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste dan menilai variabel yang mempengaruhi pengembangan industri perikanan di wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan kajian tersebut, dilangsungkan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Industri Perikanan di Wilayah Perbatasan RI-RDTL di kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan NTT wilayah TTS, TTU, Belu dan Malaka di Atambua pada 28 Juli 2023 lalu.

FGD itu menghadirkan dua narasumber yakni Dr. Beatrix M. Rehatta selaku Peneliti UKAW sebagai narasumber menyampaikan hasil kajian perikanan tangkap, menyampaikan potensi sumberdaya ikan dan dinamika sosial-ekonomi pemanfaatan SDI di wilayah perbatasan RI-RDTL dan Peneliti UNDANA, Dr. Frans Gana memaparkan kebijakan pengembangan ekonomi di wilayah perbatasan RI-RDTL. 

Dr. Beatrix M Rehatta dalam pemaparannya menyebut Kabupaten Belu di Indonesia dan Distrik Bobonaro di Timor Leste merupakan wilayah yang berada di perbatasan negara Indonesia dan Timor Leste, dimana kedua negara berbagi wilayah perairan Selat Ombai. Perairan Selat Ombai merupakan salah satu koridor pintu masuk semua jenis biota beruraya yang berasal dari Laut Flores dan Laut Banda menuju Laut Sawu dan Samudera Hindia atau sebaliknya. 

Wilayah perbatasan RI-RDTL berada pada jalur perlintasan ruaya ikan tuna di perairan laut Selat Ombai dan Laut Sawu yang membawa konsekuensi perairan di wilayah ini kaya sumber daya ikan khususnya tuna dan sejenisnya. 

"Diharapkan kedepannya forum diskusi seperti dapat terus dilakukan secara rutin guna mendapat masukan yang lebih lengkap dan secara cepat menindaklanjuti setiap permasalahan yang dihadapi oleh nelayan dan pelaku usaha perikanan, selain itu dapat membangun komunikasi yang baik diantara instansi/lembaga yang terkait pengembangan industri perikanan tangkap di Kabupaten Belu," sebutnya.

Kepada Timor Express, Dr. Beatrix menjelaskan wilayah perbatasan RI-RDTL di Selat Ombai memiliki posisi strategis dan penting bagi perikanan karena memiliki produktivitas yang tinggi dan merupakan daerah perlintasan penting bagi biota laut peruaya terutama paus, selain itu juga didukung dengan kondisi ekosistem pesisir yang tergolong baik.

POSE BERSAMA. Peserta FGD Pengembangan Industri Perikanan di Wilayah Perbatasan RI-RDTL, pose bersama usai mengikuti pemaparan materi FGD di Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT wilayah TTS, TTU, Belu dan Malaka di Atambua, Jumat (28/7). (FOTO: ISTIMEWA).

Potensi sumberdaya ikan yang melimpah di wilayah ini meliputi sumberdaya ikan tuna, cakalang, dan tongkol (TCT), sumberdaya ikan pelagis kecil dan sumberdaya ikan demersal. Sumberdaya ikan telah dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir di Kabupaten Belu dan sekitarnya dan dipasarkan secara lokal, nasional dan ke negara tetangga Timor Leste.  

Dikatakan, pengembangan industri perikanan sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor perikanan dan kelautan berbasis blue economy, pengembangan perikanan tangkap berbasis komoditas unggulan dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Belu dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste.  

Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste perlu didukung dengan aktivitas industri perikanan berbasis ekonomi biru. Blue economy merupakan konsep pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan berdasarkan kearifan ekologi, inovasi dan modal sosial.  

Lebih lanjut dikatakan bahwa pengembangan industri perikanan yang berbasis blue economy dapat memberikan jaminan bagi pembangunan yang berkelanjutan dan optimalisasi pengembangan ekonomi.  

"Pengembangan industri perikanan ini dapat mendorong berkembangnya aktivitas ekonomi dan menjadi sumber pertumbuhan baru dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha perikanan khususnya nelayan," sebutnya.

Pengembangan industri perikanan melalui optimasi pemanfaatan sumber daya perikanan memberikan manfaat terhadap kelestarian sumber daya ikan dan ekonomi yang berkelanjutan. Guna mencapai hal tersebut maka pendekatan berbasis blue economy menjadi penting untuk diterapkan dalam pengembangan industri perikanan. 

"Untuk itu perlu diketahui tentang keragaan perikanan saat ini, komoditas unggulan, teknologi perikanan yang efektif, efisien dan berkelanjutan, rantai pasok produk perikanan, yang selanjutnya ditentukan optimum pemanfaatan sumber daya perikanan, faktor-faktor penting, model pengembangan industri, dan kebijakan strategi dan program prioritas," tandas dosen FPIK UKAW itu. (r3)

  • Bagikan