Pengguna QRIS di NTT Mencapai 240 Ribu,Kebutuhan Uang Fisik Dipastikan Berkurang

  • Bagikan
Kepala Perwakilan BI NTT, Donny Heatubun

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID- Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat penggunaan merchant QRIS di Provinsi NTT saat ini telah mencapai 216 ribu merchant, artinya sebanyak 216 ribu pedagang saat ini sudah menempel barcode QRIS di toko atau tempat usahanya masing-masing.

Sementara dari sisi pengguna sistem pembayaran QRIS di Provinsi NTT saat ini sudah mencapai 240 ribu pengguna. Angka ini mengalami penambahan sebanyak 103 ribu pengguna sepanjang Tahun 2023 hingga Bulan September.

"Sistem pembayaran di NTT menggunakan QRIS terus mengalami pertumbuhan, dan diharapkan akan semakin baik hingga akhir tahun 2023 nanti," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Donny Heatubun, saat konferensi pers tentang perkembangan terkini ekonomi NTT, di Kantor BI NTT, Rabu (22/11).

Dengan capaian ini, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Donny Heatubun menilai bahwa penggunaan uang cash atau uang fisik pastinya akan berkurang, dengan bertambahnya merchant.

"Apa lagi menjelang hari raya keagamaan Natal dan Tahun Baru atau Nataru Tahun 2023 ini, dipastikan transaksi non tunai mulai banyak, dan kebutuhan akan uang fisik berkurang," jelasnya.

Menurut Donny, yang ditakutkan apa bila transaksi tunai dan non tunai mengalami penurunan, berarti ada sesuatu yang salah dilihat dari sisi ekonomi. Tetapi sepanjang dari sisi non tunai dan tunai masih subtitusi, maka semuanya dipastikan tetap aman.

"Kita selalu menyiapkan untukmu mendistribusikan uang tunai, kalau di NTT memang lebih ramai pada akhir tahun, menjelang Natal dan Tahun Baru, tetapi tidak akan tinggi seperti saat normal, karena yang diharapkan kebutuhan uang fisik lebih rendah karena meningkatnya transaksi non tunai," ungkapnya.

Dia mengatakan, sepanjang tunai dan non tunai masih subtitusi maka semuanya masih baik-baik saja. Untuk distribusi yang fisik, sambung Donny, pastinya akan dilakukan oleh Bank Indonesia, tetapi untuk kebutuhannya masih dihitung sesuai dengan data kebutuhan yang masuk. (thi)

  • Bagikan