Tak Perlu Jadi Gubernur untuk Bangun NTT

  • Bagikan
RESTI SELI/TIMEX TAMU TIMEX. Direktur PT Timor Ekspress Intermedia, Haeruddin berdiskusi dengan Frans Go saat bersilaturahmi ke Timor Express, Jumat (8/3).

Silaturahmi Frans Go ke Timex

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID - Tak perlu menjadi gubernur untuk membangun NTT. Hal itu disampaikan pebisnis, Fransiscus Go ketika melakukan silaturahmi bersama manajemen Timor Express di Graha Pena Timor Express, Jumat (8/3).

Kunjungan Frans Go disambut oleh Direktur PT Timor Ekspress Intermedia, Haeruddin, Wakil Direktur Yan Y Tandi, Manajer Bisnis dan Online, Marthen Bana, Manajer Advertorial, Yopi Lati, Manajer Sirkulasi, Yusuf Landumata dan Sekretaris Redaksi, Linda Makandoloe.

Dalam diskusi singkat itu, Frans menegaskan kerinduan dan segala upaya yang telah dia lakukan selama ini untuk membangun Indonesia Timur, khususnya NTT. Frans menyebut, dia hanyalah orang biasa yang terpanggil untuk memajukan NTT dalam berbagai bidang. Misalnya, selama ini ia menggerakkan perekonomian NTT dengan ikut membangun Lippo Plaza Kupang, Hypermart, Sekolah Lentera Harapan dan berbagai bisnis properti lainnya, juga rangkaian bakti sosial kemasyarakatan.

"Karena tema saya waktu datang adalah membuka lapangan kerja di timur, saya masuk di Komite Ekonomi Nasional dan saya mainnya di Indonesia Timur. Jadi tidak mesti menjadi gubernur untuk bangun NTT," ucap Frans.

Dikatakan, untuk membangun NTT perlu adanya pembenahan pendidikan. Dia mengatakan, gubernur sebetulnya tidak memiliki wilayah. Sebab, yang punya wilayah dan rakyat adalah bupati/wali kota. Sehingga, gubernur tidak perlu terlalu mengintervensi bupati/wali kota.

Menurutnya, gubernur harus fokus pada programnya yang bisa berjalan, apabila ada intervensi dari pusat dan dikerjakan bersama daerah.

"Jadi kalau gubernur, contoh NTT saya melihat pendidikannya tidak terlalu terurus, kalau pun ada APBN itu lebih banyak membeli fasilitas, jadi tidak ada peningkatan kualitas guru, dan lainnya. Karena saya terlibat waktu menteri canangkan kurikulum baru. Sehingga, boleh dikatakan, Atambua dan Kefa itu tidak ada kesulitan menyesuaikan kurikulum baru," katanya.

Frans menegaskan, masyarakat harus didorong untuk bersekolah. Sebab, dengan pendidikan bisa membawa perubahan bagi daerah, minimal perubahan gaya hidup dan pola pikir.

"Yang tidak sekolah istilahnya kita tangkap untuk sekolahkan," tegasnya.

Adapun dalam membangun NTT, diperlukan infrastruktur yang baik. Frans mengatakan, agar ekonomi dapat berjalan bagus, diperlukan infrastruktur yang memadai.

"Supaya ekonomi bagus ya jalan harus bagus dan itu musti nego dengan pusat. Sambung jalan antarkabupaten ke sentra ekonomi. Sehingga 5-10 tahun kita sudah bisa lancar," tambahnya.

Belum lagi dengan gelombang Artificial Intelligence (AI), dikatakannya, perlu ada persiapan yang matang dari pemerintah provinsi (gubernur). Dia juga menyinggung perihal kesehatan, yang juga harus ada intervensi dari pemerintah pusat.

"Jadi kalau dibantu dikit kesehatan, ekonomi dan pendidikan pasti bisa. Minimal kita sudah bisa mengentaskan kemiskinan ekstrem itu yang pendapatannya Rp 450 ribu. Kalau komitmen terus, mestinya bisa. Dan jangan ada pameran pembangunan saja, tapi pameran pendidikan itu juga harus selalu ada, adakan lomba-lomba akademik, jadi lama-lama kita semua merasa pendidikan itu penting, bukan sekadar sampai SMP saja," jelasnya.

Disamping itu, Frans juga berterima kasih kepada Timor Express, di mana sejak dirinya berproses di NTT, Timor Express selalu setia mendukung dirinya dengan pemberitaan-pemberitaan yang positif.

"Timex dari awal sudah dukung saya 100 persen. Pertemuan hari ini saya apresiasi sekali, saya orang biasa seperti ini bisa diterima Timex, terima kasih sekali. Silaturahmi ini saya kira sangat baik sehingga ke depan bisa lebih mudah untuk kolaborasi," ucap Frans.

Sementara itu, Direktur PT Timor Ekspress Intermedia, Haeruddin mengatakan, Timex hadir sebagai salah satu media besar di NTT, di mana selain ribuan ekslempar koran yang dicetak perhari, kini Timex juga telah menjajaki dunia digital.

"Timex adalah bagian dari Grup Jawa Pos dan di NTT memiliki beberapa media digital, online media sosial dengan pangsa pasar yang berbeda-beda, juga dikelola oleh teman-teman yang masih muda," ujar Haeruddin.

Haeruddin menyebut, Timex sangat merasa terhormat atas kunjungan Frans Go. Lanjutnya, Timex sebagai media yang terverifikasi Dewan Pers, akan tetap mendorong pemberitaan yang positif ke depannya. Apalagi, ditengah masa-masa menjelang pilkada, Haeruddin menyebut, Timex akan selalu berada di jalur netral dengan pemberitaan yang berimbang.

"Timex ini selama pilkada dari sejak mulai terbit, banyak warnanya, tetapi Timex meyakini bahwa dia ada ditengah-tengah. Dengan pemberitaan yang berimbang," tandasnya. (cr1/ays)

  • Bagikan