Labuan Bajo, Ekonomi Baru Pariwisata NTT

  • Bagikan
Menparekraf RI, Sandiaga Salahuddin Uno (jas motif bermasker) sedang berdialog dengan salah satu UMKM di Labuan Bajo.. (IST)

LABUAN BAJO, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Labuan Bajo, sebagai pusat ibukota Kabupaten Manggarai Barat dan telah ditetapkan sebagai kota super premium diharapkan kedepan menjadi pusat ekonomi pariwisata baru bagi masyarakat Flores dan propinsi NTT umumnya.
Hal itu terungkap dalam Webinar kepariwisataan yang diselenggarakan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Jumad (29/3).

Hadir sebagai narasumber dalam webinar ini Redaktur Senior Kompas, Rikard Bagun, Anggota Komisi X DPR RI, Andreas Hugo Parera dan Peneliti dan Sosiolog FISIP UI, Francisia Ery Seda, Plt. Dirut BPOLBF sekaligus Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf, Frans Teguh. Sebagai moderator, Ignas Iryanto Djou, dan diikuti oleh 99 peserta dan sebanyak 50,6% berasal dari NTT dan 49,4% berasal  dari luar NTT khusus wilayah Bima, Bali, Pulau Jawa, Jakarta, Kalimantan, dan Papua.

Kegiatan ini mengambil tema "Outlook Kepariwisataan sebagai New Economy Labuan Bajo Flores-NTT". Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno dalam sambutannya mengungkapkan harapan agar melalui pemahaman pariwisata sebagai sektor new economy dapat menjawab tantangan dan peluang ke depan, sehingga membawa perubahan pada lanskap bisnis Indonesia dan memberi dampak pada perekonomian daerah.

"Sektor new economy belakangan menjadi topik yang hangat dibicarakan sebagai periode transformasi dari ekonomi berbasis manufaktur, menuju ekonomi berbasis jasa seperti tourism & hospitality. Semoga melalui kegiatan webinar ini, dapat menambah wawasan tentang sektor new economy, dan membawa perubahan pada lanskap bisnis Indonesia, karena berdampak pada perekonomian daerah. Serta Badan Otorita dan Kemenparekraf dapat terus menjadi mitra bersama untuk mengembangkan kepariwisataan di wilayah Floratama, NTT secara khusus dan Indonesia secara umum," ungkap Sandi.

Senada, Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur, Ayodhia Kalake juga menyampaikan bahwa sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan di NTT  telah memberi dampak yang signifikan terhadap perekonomian daerah. "Pariwisata telah menjadi industri yang memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi secara cepat dengan berbagai aspek yaitu kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup melalui sektor usaha ekonomi kreatif dan pariwisata. Dengan ditetapkannya Pariwisata sebagai sektor unggulan dalam pembangunan  bangsa memberikan dampak  yang besar terhadap pembangunan sektor pariwisata di NTT,"jelas Ayodhia.

Membahas Perspektif Tantangan Global – Lokal dan Trend Kepariwisataan Ke Depan, Rikard Bagun menyampaikan bahwa pariwisata merupakan topik yang dibicarakan semua orang di semua negara dan sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Labuan Bajo perlu melihat tantangan itu sebagai peluang. Dalam skala global semua orang dan semua negara itu berbicara tentang pariwisata dan pasarnya itu sama termasuk di dalamnya adalah Labuan Bajo. Ini adalah tantangan bagi kita tetapi juga peluang yang begitu lebar. Target kunjungan ke Indonesia di tahun 2030  adalah  sebesar 1.8 Milyar wisatawan, kita harapkan agar angka ini juga terdistribusi ke Labuan Bajo, Flores, NTT. "Di sisi lain kita juga harus siap, tidak hanya pemerintahnya saja,  pelaku industrinya saja, tetapi juga masyarakatnya,"tandas Rikard.

Untuk menangkap peluang dan menghadapi tantangan tersebut, Francisia Ery Seda menjelaskan telah terjadi transformasi sosial budaya yang mana pariwisata hadir dengan membawa dua dampak sekaligus baik negatif maupun positif. Menurutnya, strategi yang dapat dilakukan adalah melalui Kebijakan Pemerintah yang inklusif dan transformatif guna mendukung Komunitas Lokal sehingga mampu untuk mengembangkan jati diri walaupun langsung bertemu dengan budaya asing melalui pengembangan industri pariwisata "Perlu adanya strategi pembangunan pariwisata yang memberikan prioritas pada komunitas lokal, dalam arti memberikan tindakan afirmatif sehingga komunitas lokal dapat bersaing secara sehat dengan kaum migran pendatang dari luar Labuan Bajo," jelasnya

Pengembangan DPSP Labuan Bajo yang terintegrasi dan berdampak untuk Flores dan NTT secara keseluruhan membutuhkan orkestrasi ekosistem kepariwisataan dari semua unsur di dalamnya.

Frans Teguh dalam paparannya menjelaskan, terdapat 4 isu utama dalam pengembangan pariwisata di Labuan Bajo yaitu keterpaduan infrastruktur berkelanjutan, SDM dan kontribusi lokal, penyediaan komoditas lokal penunjang pariwisata, dan peningkatan kapasitas destinasi yang kesemuanya memerlukan kolaborasi dan kolaboraksi yang sinergis di antara pemangku kepentingan untuk dapat keluar dari 4 isu kritis tersebut. Saat ini, lanjut dia, BPOLBF sendiri telah mengadakan dan merencanakan beberapa program yakni orkestrasi tata kelola pariwisata di Labuan Bajo melalui forum-forum stakeholder, Forum Tata Kelola, pembentukan Sistem Terpadu Pintu Masuk Taman Nasional Komodo sebagai World Heritage Site & Cagar Biosfer, Tourism Information Center Labuan Bajo Flores, Forum dengan LSM internasional, Forum GM Hotel, dan Forum dengan Asosiasi/Komunitas. "Melalui program ini diharapkan ada integrasi antar lembaga dalam menjalankan peran dan fungsinya sehingga bisa memberi dampak pada ekonomi dan sosial kita. Mari jadikan sektor ini menjadi peluang ke depan," ungkap Frans.

Melengkapi dari perspektif berbeda, narasumber lainnya, Andreas Hugo Pareira, Anggota Komisi X DPR RI memberikan prespektif politik dalam pembangunan kepariwisataan. "Dari segi politik, selain menjalankan fungsi pengawasan, kami di DPR RI juga berperan sebagai mediator yang mempertemukan kepentingan pemerintah pusat dengan daerah dan selama ini prosesnya telah berlangsung secara kontinu terutama dalam meningkatkan kapasitas SDM bukan hanya di DPSP saja tetapi juga daerah-daerah lain di sekitarnya,"katanya.(kr2)

  • Bagikan