Permintaan Komoditas Sawit ke AS Meningkat

  • Bagikan
ilustrasi

JAKARTA,TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan bahwa prospek kelapa sawit masih bagus di tengah gelaran Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) 2024. Hingga kini, Indonesia masih menguasai 54 persen pasar global. Nilai ekspornya mencapai USD 28,45 miliar pada 2023.

"Prospek masih bagus. Kita melihat Amerika Serikat justru permintaan kelapa sawit terus meningkat. Terakhir bahkan sudah mendekati angka 2 juta ton," ujar Ketua Umum Gapki Eddy Martono kemarin (28/6).

Eddy menyebut negara-negara besar seperti AS membutuhkan kelapa sawit, terutama sektor industrinya. "Artinya, negara-negara besar juga membutuhkan komoditas sawit. Terutama untuk industri," urainya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekspor minyak kelapa sawit (CPO) turun sebesar 27,11 persen. Diikuti penurunan ekspor batu bara 16,85 persen secara tahunan (YoY) per Mei 2024. Eddy menyatakan, penurunan itu disebabkan oleh kondisi permintaan CPO yang sempat menurun.

"Stok minyak nabati lainnya masih melimpah sehingga harga minyak sawit kita kurang kompetitif, membuat importir lebih memilih opsi yang lebih ekonomis," tuturnya.

Dengan segala tantangan global saat ini, Gapki optimistis bisa mencapai target pemerintah untuk memproduksi 100 juta ton CPO per tahun pada 2045. Angka itu sesuai dengan program Sawit Emas 2045.

"Untuk mendorong ekspor saat ini, yang utama adalah membuat harga kita lebih kompetitif. Kemudian, untuk mencapai 100 juta ton pada tahun 2045, yang utama adalah meningkatkan produktivitas atau intensifikasi karena ekstensifikasi sudah tidak dapat dilakukan," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, industri kelapa sawit menduduki peringkat pertama dalam kontribusi pertumbuhan sektor industri agro.

Isu hilirisasi industri kelapa sawit, sambung Putu, masih menjadi tema besar dalam kebijakan pengembangannya. "Kami mencatat, terdapat sekitar 179 ragam jenis produk hilir sawit dan 90 persen volume ekspor berupa produk hilir. Hanya sekitar 10 persen volume ekspor berupa bahan baku CPO atau CPKO," ujar Putu. (agf/c18/dio/thi/dek)

  • Bagikan