Pendidikan Jadi Tanggung Jawab Gereja

  • Bagikan
IST KERJA SAMA. Pihak Sinode GMIT melakukan penandatanganan nota kerja sama dengan Universitas Kristen Maranatha dan Institut Kesehatan Indonesia di Resto Waroeng Kupang, Minggu (28/7).

GMIT Bangun MoU dengan Dua Universitas Kristen

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Majelis Sinode Gereja Majelis Injili di Timor (GMIT) melakukan penandatangan kerja sama dengan Universitas Kristen Maranatha Bandung dan Institut Kesehatan Immanuel. Penandatangan kerja sama ini digelar di Resto Waroeng Kupang, Minggu (28/7).

GMIT dan Universitas Kristen Maranatha Bandung serta Institut Kesehatan Immanuel bekerja sama untuk pengembangan pendidikan Kupang. GMIT melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan dua lembaga pendidikan dari Bandung sekaligus yakni Universitas Kristen Maranatha dan Institut Kesehatan Immanuel. Kerja sama ini sebagai dukungan terhadap pengembangan pendidikan bagi pendeta serta pekerja gereja dan anggota-anggota jemaat.

Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Semuel Benyamin Pandie mengatakan, pendidikan merupakan proses yang tidak mudah dan juga menjadi tanggung jawab gereja karena ajaran Yesus untuk pemberitaan Injil lebih pada ajaran untuk edukasi dan transformasi perubahan hidup.

Pdt. Semuel menjelaskan, GMIT juga memiliki lembaga-lembaga pendidikan sampai ke tingkat universitas. Namun semua itu belum merambat sampai ke hal-hal yang lebih spesifik. Misalnya, dalam bidang kesehatan atau kedokteran. Tantangan saat ini adalah banyak anak GMIT yang sudah menjadi dokter tetapi belum pernah ada, gereja secara sengaja mempersiapkan diri untuk investasi untuk anak-anak menjadi dokter.

"Kami berharap kerja sama ini membuka ruang untuk membantu anak-anak yang membutuhkan intervensi dari lembaga. Selamat datang di komunitas Kristen, Sinode GMIT memiliki 2,2 juta jiwa, dengan 1.700 pendeta aktif dan 568 pendeta emeritus dan lainnya serta 581 lembaga pendidikan. Tantangan ini tentunya sangat berat, terutama tentang pendidikan dan pemberdayaan aset," jelasnya.

Dia mengatakan, tantangan terbaru saat ini adalah IT, digitalisasi dan digital juga menjadi tantangan. Diharapkan dengan kerja sama dengan Universitas Kristen Maranatha ini bisa menjawab tantangan tersebut.

"Sinode paling terbuka, diharapkan bisa membawa perubahan untuk menjawab tantangan yang ada," kata Ketua Sinode GMIT.

Ketua Umum Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Maranatha, Orias Petrus Moedak mengatakan, kerja sama ini diharapkan dapat berjalan baik dan rencananya akan dimulai dari Kabupaten TTS. Anak-anak akan dibimbing, akan digelar Maranatha Learning Center untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak SMA di TTS.

"Untuk mempersiapkan masuk mereka masuk ke perguruan tinggi. Kita akan buat seperti kampus di TTS, ini merupakan rencana jangka panjang, tetapi secara mendasar, ini adalah awal yang baik," jelasnya.

Rektor Universitas Kristen Maranatha, Prof. Ir. Sri Widiyantoro, M.Sc., Ph.D, mengatakan, kerja sama ini diharapkan ada rekan-rekan dari Sinode GMIT dapat melanjutkan studi di Universitas Kristen Maranatha Bandung, misalnya psikologi, IT, management dan lainnya.

"Kami juga memiliki sastra Jepang, sastra Inggris, sastra cina dan lainnya dan sekolah kesehatan tentu saja," jelasnya.

Direktur Penelusuran Bakat dan Admisi, Partogi A. P. Siahaan., S.E., M.M, mengatakan, Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi yang sudah seharusnya dijangkau oleh Universitas Maranatha Bandung, karena secara kapasitas dan kualitas pendidikan, sangat baik untuk diajak kerja sama.

"Kami juga memiliki keinginan besar untuk memberikan kontribusi untuk pendidikan di NTT. Universitas Maranatha Bandung juga merupakan universitas yang berada di naungan gereja, jadi tentu saja GMIT menjadi target karena memiliki 500 sekolah, tentunya ini adalah potensi besar," jelasnya.

Nota Kesepahaman ini berlaku selama empat tahun sejak tanggal ditandatangani. Tujuannya agar menjadi landasan bagi dilaksanakannya perjanjian kerja sama untuk menolong mempromosikan Universitas Kristen Maranatha sekaligus membuka ruang bagi beasiswa dan/atau pemotongan biaya pendidikan bagi para pendeta atau pekerja gereja dan tentu anggota-anggota jemaat dan masyarakat luas di wilayah NTT.

Sejumlah kegiatan telah dilaksanakan secara bersama antara GMIT dan Universitas Maranatha Bandung sebagai bagian dari kerja sama ini. Diantaranya Seminar Mental Health di empat sekolah di Kota Kupang yakni SMA Kristen 1 Kupang, SMA Negeri 1 Kupang, SMA Negeri 3 Kupang dan SMA Citra Bangsa Kupang.

Seminar Mental Healty juga diberikan kepada pemuda gereja yakni Pemuda Jemaat GMIT Paulus dan Pemuda Jemaat GMIT Kota Baru. Ada juga seminar tentang Parenting dan Mental Healthy bagi kelompok orang tua yang dilaksanakan di Jemaat GMIT Kota Baru. Hal ini disampaikan Pdt. Leny Gana-Mansopu selaku Sekretaris UPP Hubungan Oikumenis dan Kemitraan Sinode GMIT.

Hadir pada penandatanganan kerja sama adalah Ketua Sinode GMIT, Pdt. Semuel Pandie dan Sekretaris Sinode GMIT, Pdt. Lay Abdy Wenyi. Sementara dari pihak Universitas Kristen Maranatha dihadiri Ketua Yayasan Maranatha, Orias Moedak, Rektor Universitas Kristen Maranatha, Prof. Ir. Sri Widiyantoro, serta beberapa dosen.

Sementara dari Institute Kesehatan Kristen Immanuel dihadiri, Rektor Dr. Wintari Hariningsih dan Wakil Rektor 3, Lidya Natalia.

Berbagai kesepakatan tertuang dalam Perjanjian Kerja Sama yang juga telah ditanda tangani dokumennya, diantaranya pemberian beasiswa, pemotongan biaya pendidikan dan komitmen untuk bersama meningkatkan kapasitas para guru di sekolah-sekolah Yapenkris GMIT. (thi/gat/dek)

  • Bagikan