Wujudkan Pelayanan Berbasis HAM, Kemenkumham NTT Gelar Pelatihan Bahasa Isyarat

  • Bagikan
IST PELATIHAN. Jajaran ASN lingkup Kanwil Kemenkumham NTT saat mengikuti kegiatan pelatihan bahasa isyarat di aula utama Kanwil Kemenkumham NTT, Jumat (27/9)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Guna mewujudkan pelayanan berbasis Hak Asasi Manusia (HAM), maka Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Kemenkumham) NTT menggelar pelatihan bahasa isyarat. Kegiatan platihan ini digelar, Jumat (27/9).

Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 25 Tahun 2023 tentang Pelayanan Publik Berbasis HAM. Hadir dalam kegiatan ini, Kepala Divisi Administrasi, Kepala Bidang HAM, perwakilan dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) NTT, Komunitas Tuli Kupang, Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Raja, serta pegawai dari satuan kerja di lingkungan Kanwil Kemenkumham NTT.

Kepala Kanwil Kemenkumham NTT, Marciana Dominika Jone melalui Kepala Divisi Administrasi, Rackmat Renaldy mengatakan bahwa pentingnya hak komunikasi sebagai hak universal yang melekat pada setiap individu tanpa memandang kondisi atau keadaan.

Dikatakan bahwa hak berkomunikasi dan berekspresi adalah hak yang dilindungi undang-undang. Karena itu, Kemenkumham wajib menerapkan Pelayanan Publik Berbasis HAM, termasuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada kaum difabel.

"Semoga petugas yang mengikuti pelatihan ini dapat mengimplementasikan ilmu yang di dapat secara maksimal di satuan kerja masing-masing," harapnya.

Dengan diselenggarakannya kegiatan pelatihan bahasa isyarat ini maka diharapkan agar seluruh pegawai di lingkungan Kanwil Kemenkumham NTT dapat memberikan pelayanan publik yang lebih ramah terhadap kaum difabel, khususnya mereka yang tuli. Hal ini sesuai dengan semangat pelayanan berbasis HAM.

Sementara Perwakilan dari Komunitas Tuli Kupang, Mario Lado menjelaskan bahwa penting bagi masyarakat untuk memahami dan menghargai cara komunikasi kaum tuli, seperti menggunakan bahasa isyarat, gerak tubuh atau alat bantu tulis jika diperlukan.

"Saat berbicara dengan teman tuli, agar pastikan ia memperhatikan anda terlebih dahulu. Jika tidak, lambaikan tangan atau tepuk bahu untuk menarik perhatiannya," ungkap Mario.

Pentingnya berbicara dengan jelas agar kaum tuli bisa membaca gerakan bibir. Mario juga mengingatkan agar tidak menutupi mulut atau melakukan aktivitas seperti merokok saat berkomunikasi dengan mereka.

Selain itu, Mario menyarankan untuk menggunakan alat bantu dengar yang sesuai atau bantuan tulis jika diperlukan. (r1/gat/dek)

  • Bagikan