Simbol Syukur dan Pelestarian Budaya Turun Temurun Masyarakat Sasak

  • Bagikan
LOMBOK POS TRADISI. Wakil Wali Kota Mataram saat melakukan doa di makam Syekh Gauz Abdurrazak, Senin (7/4).

Lebaran Topat, Warisan Budaya di Pesisir Loang Baloq

Lebaran Topat di Loang Baloq tak sekadar ritual keagamaan, tapi juga panggung budaya tempat tradisi Sasak menari dalam iringan gendang, hikayat, dan anyaman ketupat yang sarat makna.

SANCHIA VANEKA, Mataram

SEJAK mentari pagi menyapa, peziarah dari berbagai penjuru Kota Mataram mulai berdatangan ke kompleks pemakaman di tepi pantai. Tujuan mereka satu: berziarah ke makam Maulana Syekh Gauz Abdurrazak, ulama yang lebih dikenal dengan nama Sayyid Tohri. Dengan khusyuk, mereka bergantian memanjatkan doa dan mengenang jasa sang wali dalam menyebarkan Islam di tanah Lombok.

Lebaran Topat bagi masyarakat Sasak bukan sekadar perayaan. Tradisi ini menyimpan makna mendalam sebagai wujud syukur atas ibadah puasa Syawal. Kunjungan ke makam para wali menjadi bagian tak terpisahkan, sebuah warisan spiritual yang terus dijaga turun-temurun.

“Sekalian nanti kita santai di Loang Baloq sama keluarga,” ucap Rani sambil tersenyum.

Di tengah suasana khidmat, prosesi “Ngurisan” atau potong rambut bayi turut digelar di area pemakaman. Lantunan sholawat nabi mengiringi setiap helai rambut yang dipotong, simbol harapan bagi masa depan sang anak.

Wakil Wali Kota Mataram TGH Mujiburrahman hadir langsung dalam prosesi tersebut, menambah nuansa kekeluargaan di tengah pelaksanaan tradisi.

Kemeriahan Lebaran Topat di taman rekreasi Loang Baloq semakin terasa dengan hadirnya pertunjukan seni tradisional. Alunan dinamis tari Rudat, dentuman Gendang Beleq dan lantunan Hadrah menyatu membentuk pertunjukan yang memikat. Seorang budayawan melantunkan tembang hikayat, mengisahkan sejarah masa lalu, dipadukan dengan gerak tari kolosal yang memukau.

“Ini adalah warisan untuk anak cucu kita nantinya,” ujarnya.

Puncak perayaan ditandai dengan arak-arakan "Ketupat Agung". Ratusan ketupat disusun menjulang dan diangkat gotong royong. Iring-iringan ibu-ibu membawa dulang berisi hidangan khas Lebaran Topat, tertutup rapi dengan tembolak merah menyala, menyemarakkan prosesi.

Ketupat menjadi ikon utama perayaan ini. Dalam bahasa Jawa, "kupat" bermakna "ngaku lepat" atau mengakui kesalahan. Simbol ini mengajarkan nilai kerendahan hati, saling memaafkan dan mempererat silaturahmi. Anyaman janur yang membentuk ketupat mencerminkan eratnya ikatan sosial dalam masyarakat.

Lebaran Topat di Loang Baloq bukan hanya pesta rakyat. Tradisi ziarah makam yang berpadu dengan seni dan budaya menjadi daya tarik wisata Kota Mataram. Popularitasnya terus meningkat, bahkan menarik peziarah dari luar Nusa Tenggara Barat yang ingin mengenal lebih jauh sejarah dan keteladanan Sayyid Tohri.

“Katanya kalau dapat ketupat akan mendapatkan berkah. Semoga dapat berkah,” ucap Ita, salah satu pengunjung yang turut merayakan Lebaran Topat.

Plt Camat Sekarbela Cahya Samudera mengatakan, keteladanan sang wali menjadi magnet bagi peziarah. Makam Loang Baloq selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin datang, tanpa mengenal hari libur. Ia berharap semangat kebersamaan dalam perayaan ini tetap terjaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.

“Begitu juga di makam Bintaro yang menjadi satu kesatuan sebagai sejarah untuk menjalin silaturahmi, menjadi legacy dan meneruskan tradisi,” ucapnya.

Berkah dari popularitas makam Loang Baloq juga dirasakan warga sekitar. Para pedagang yang menjajakan bunga, makanan dan minuman menikmati peningkatan penghasilan dari kunjungan para peziarah dan wisatawan.

Lebaran Topat di Loang Baloq adalah perpaduan nilai religi, kekayaan budaya dan potensi wisata. Tradisi ziarah makam menjadi pengingat akan sejarah, sekaligus memperkaya khazanah pariwisata Mataram.

“Kisah manis didendangkan, kidung pahit tidak disampaikan,” tutup Cahya dalam sambutannya. (r7/jpg/ays/dek)

  • Bagikan