Program TJPS Berbiaya Rp 730 Juta dari Bank NTT Siap Panen Bulan Ini

  • Bagikan

BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) di Kabupaten Manggarai Timur (Matim), berkembang baik. Tanaman jagung jenis hibrida yang dibudidayakan petani di wilayah Selatan Matim, tumbuh sumbur. Sesuai prediksi, bulan Maret 2022 ini sudah mulai panen.

Program dengan pola kemitraan ini telah di-launching pada 22 Desember 2021 lalu. Ditandai dengan penanaman benih jagung hibrida secara simbolis oleh jajaran Direksi Bank NTT, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Matim dalam hal ini Wakil Bupati Stef Jaghur, offteker, dan petani, di Desa Ruan Selatan, Kecamatan Kota Komba.

“Kita selalu turun lapangan. Kita bertemu dengan petani dan melihat kondisi tanamanya. Saat ini tanaman jagunnya berkembang dengan bagus. Diperkirakan akhir Maret 2022, sudah mulai panen,” ujar Kepala Bank NTT Cabang Borong, Nurchalis Tahir, melalui Officer Kredit, Robertus Apro Selamat, di Borong, Rabu (2/3).

Menurut Apro, saat ini program TJPS untuk musim tanam pertama di Kabupaten Matim, berkembang pada lahan seluas 73 hektare, tersebar di 8 wilayah desa bagian selatan Kabupaten Matim. Untuk wilayah Kecamatan Borong ada di Desa Golo Kantar, Nanga Labang, dan Compang Ndejing.

Selain itu, Desa Lidi dan Bea Ngencung di Kecamatan Rana Mese. Juga tiga desa di Kecamatan Kota Komba, yakni Desa Bamo, Tanah Rata, dan Ruan Selatan. Total petani yang mengikuti program TJPS saat ini sebanyak 81 orang. Sehingga dalam program ini, pihak Bank NTT telah membiaya sebesar Rp 730 juta dengan pola kredit ekosistem pertanian.

“Program TJPS ini posisi terakhirnya 73 hektare, dimana yang sudah kita biaya sebesar Rp 730 juta. Targetnya 100 hektare untuk musim tanam pertama. Biaya untuk satu hektare dengan plafon Rp 10 juta. Terdiri dari, biaya sarana produksi (Saprodi) dan biaya tenaga kerja,” beber Apro diamini Nurchalis.

Apro menyebutkan, untuk biaya Saprodi, petani langsung terima dalam bentuk barang dari pihak off teker. Artinya, dalam biaya Saprodi, Bank NTT yang bayar ke pihak off teker. Sementara biaya untuk kerja, petani sendiri yang terima langsung dari Bank. Proses pengembalian kredit itu dilakukan saat panen.

“Dalam program ini, pemasaran untuk jagung sudah disediakan. Di sini pihak off teker dari PT Suaka Bumi, yang sudah siap membeli dengan mengikuti harga yang sudah disepakati bersama pemerintah, yakni Rp 3.200.000 per kg. Tapi kalau harga pasar Rp 5.000.000 per kg, maka pihak off teker mengikuti harga pasar,” kata Apro.

BACA JUGA: Pemkab Matim Eksekusi Program TJPS, Wabup dan Dirut Bank NTT Tanam Jagung di Desa Ruan Selatan

Penanggungjawab PT Suaka Bumi, Bagas, kepada TIMEX di Borong mengatakan, pihaknya siap membeli sebanyak mungkin hasil jagung dari petani. Khususnya hasil program TJPS. Soal harga, prinsip off teker mengikuti harga pasar. Jika harga pasar di bawah Rp 3000 per kg, maka pihaknya akan mengikuti harga anjuran pemerintah, yakni Rp 3.200.000 per kg.

“Berapa pun banyak hasil jagung dari petani, kami sebagai off teker, siap membeli. Kami sendiri sangat serius dengan program ini dan Kabupaten Matim jadi contoh dari program ini. Saya melihat program ini berhasil di Kabupaten Matim, karena potensinya luas dan cocok untuk tanaman jagung,” kata Bagas.

Dikatakanya, pola teknologi yang diterapkan dalam program TJPS, merupakan hal baru bagi petani. Namun, ada perubahan yang begitu besar bagi petani. Khususnya merubah ekonomi petani. Jika petani mengikuti prosedur operasional standar (SOP), pasti keuntungan petani sekali tanam untuk lahan seluas satu hektar mencapai Rp 12 juta.

“Teknologi baru ini sudah berjalan di Matim. Mengubah pola lama ke pola baru, memang tidak gampang. Tapi pengamatan saya selama ini di lapangan, petani sudah mengerti dan begitu antusias. Apalagi setiap hari petugas PPL setiap hari selalu dampingi mereka. Lahan satu hektar, petani bisa panen lebih dari 7 ton. Asal saja petani mengikuti SOP,” bilang Bagas.

Bagas menambahkan, pihaknya sendiri telah mendistribusi sejumlah jenis pupuk berkualitas untuk tanaman jagung, herbisida, insek, dan benih. Sasaran dari program TJPS, meningkatkan pendapatan ekonomi, serta menciptakan kesejahteraan para petani.

Sementara Kepala Dinas (Kadis) Pertanian, Yohanes Sentis, mengatakan, rencana ke depan untuk program tanaman jagung di Matim, semuanya diarahkan ke pola kemitraan. Keuntunganya, pemasaran hasil jagung tersedia melalui off teker. Selain itu, petani juga lebih dimudahkan dengan bantuan kredit dari Bank NTT yang bunganya kecil.

“Dalam program pola kemitraan ini, SDM petani, tentu punya orentasi. Tidak hanya untuk makan, tapi juga punya target hasil dan petani sejahtera. Tahun 2022 ini, kita juga ada program reguler. Totalnya ada 500 hektar. Tersebar di Kecamatan Lamba Leda Utara seluas 300 hektar, dan kecamatan Sambi Rampas seluas 200 hektar,” kata Sentis. (*)

Penulis: Fansi Runggat

  • Bagikan