Bupati Paulina Serahkan Bantuan Badai Seroja, Warga: Data di Kelurahan Metina Banyak Fiktif

  • Bagikan
SIMBOLIS. Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu (kiri) secara simbolis menyerahkan bantuan dana stimulan bagi korban terdampai Badai Siklon Tropis Seroja, yang ditandai dengan penyerahan buku rekening kepada salah satu korban terdampak, di Kantor Camat Pantai Baru, Kamis (21/4). (FOTO: Max Saleky/TIMEX)

BA'A, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Data korban penerima bantuan dampak Badai Seroja di Kelurahan Metina, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao diduga banyak yang fiktif. Sejumlah warga yang tidak terdampak badai siklon tropis pada awal April 2021 lalu ini disinyalir terdata sebagai penerima.

Kejanggalan ini terkuak ketika bantuan tersebut mulai disalurkan secara simbolis oleh Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu, di Kantor Camat Lobalain, Kamis (21/4). Beberapa warga hendak menyampaikan protesnya terhadap proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah di tingkat kelurahan.

Sejumlah warga yang memprotes, diantaranya Keneng Nurung H. Gani, warga RT 8/RW 3, Ake Salim (RT 7/RW 3), dan Gani Sanam (Warga RT 1/RW 1). Ketiga warga ini berdomisli di Kelurahan Metina, Kecamatan Lobalain.

"Ada banyak data yang tidak sesuai. Kami bisa pastikan itu, karena nama-nama yang ditetapkan sebagai korban untuk dapat bantuan Seroja sangat tidak sesuai dengan kondisi riil," kata Keneng Nurung H. Gani, kepada TIMEX, di Kantor Camat Lobalain, Kamis (21/4).

Bersama kedua rekanya, Ake dan Gani, mereka menyampaikan bahwa proses pendataan yang dilakukan di tingkat kelurahan terdapat banyak data fiktif yang sengaja dimasukan agar bisa menerima bantuan Seroja.

Menurut Keneng, Lurah Metina, Yakob Agustinus Handri Hanok Suki, tidak profesional dalam mendata korban terdampak Seroja. Keneng menyebut, Lurah Yakob disinyalir telah memanipulasi sejumlah data untuk dimasukan sebagai data korban penerima bantuan.

"Yang alami kerusakan kami tahu semua. Karena di setiap lingkungan atau RT, kami juga ikut mendata, siapa-siapa yang betul-betul punya rumah yang rusak. Masa sekarang datanya kok tidak sesuai sama sekali," ucap Keneng, diamini Ake dan Gani.

"Kalau ini kejadianya di tempat jauh mangkali (mungkin) kami tidak tahu. Tapi ini kan hanya batetangga (Bertetangga), masa satu tidak tahu satu kan aneh. Data ini memang sudah-sudah ulang-ulang kami tanyakan, tapi Bapa Lurah hanya bilang, itu data dari atas," ucap Keneng yang tampak kecewa.

Terhadap data yang diduga fiktif itu, Keneng kemudian, merinci dari beberapa lingkungan (RT) yang diketahuinya. Keneng megaskan bahwa, mereka siap bertanggung jawab atas kejanggalan yang disampaikan apabila tidak terbukti kebenaranya.

"Sekitar ratusan data fiktif. Tapi yang bisa beta bilang ini adalah yang betul-betul kami tahu dan kami tanggung jawab. Yaitu, dari RT 01, yang terdata 33 orang, padahal cuma 3 korban. Berarti 30 adalah fiktif. Kemudian RT 02 ada 13 orang, tapi yang sebenarnya hanya 2. Jadi ada 11 yang fiktif," bebernya.

Di beberapa lingkungan lain, lanjut Keneng, juga masih terdapat data korban yang tidak sesuai. "Kalau Pak Lurah hari ini ada di sini, maka beta langsung tantang. Karena ini bukan baru pertama kali kami tanyakan, tapi sampai hari ini tidak ada jawaban yang memuaskan. Main alasan bolak-balik, yang sengaja mau mengaburkan. Tapi kami terus pertanyakan ini sampai semuanya jelas," kesalnya.

Lurah Metina, Yakob Agustinus Handri Hanok Suki, yang dikonfirmasi TIMEX secara terpisah tak membantah keluhan yang disampaikan warganya. Yakob mengakui sudah menjelaskan berulang kali, hanya saja belum dapat diterima.

Penyebanya, kata Yakob, dengan adanya sejumlah data penerima yang belum terakomodir sebagai penerima bantuan. Semua data korban, lanjut Yakob, sudah diusulkan ke Bupati melalui Camat, sesuai pendataan yang dilakukan masing-masing Ketua RT.

"Semua data yang dimasukan oleh RT, beta (saya) sudah kasih naik. Tapi beta kan hanya usul proses selanjutnya itu bukan beta lagi, tapi pihak lain. Dan memang nama-nama yang dikirim/diusulkan semuanya ada. Semua dikirim ke Kecamatan dan dilajutkan ke Kabupaten," kata Yakob.

Menurutnya, tak hanya di Kelurahan Metina, tapi hampir semua desa/kelurahan di Kecamatan Lobalain pun mengalami nasib yang sama. "Ini bukan hanya di Kelurahan Metina. Rata-rata yang lain juga begitu. Dan Pak Camat juga bingung, karena semua masukan data melalui kecamatan. Karena dari semua yang kami ajukan dari Kelurahan Metina, masih sekitar 70-an nama yang belum keluar," ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu, mengatakan, dana yang sudah ditransfer ke masing-masing rekening korban, agar dapat dimanfaatkan untuk perbaikan kerusakan. Sehingga dana tersebut bisa dirasakan manfaatnya, sesuai peruntukanya.

"Dana bantuan stimulan bagi rumah korban bencana Siklon Tropis Seroja, di Kabupaten Rote Ndao, seluruhnya telah disalurkan ke rekening masing-masing penerima. Selanjutnya, proses pencairanya tentu harus sesuai dengan petunjuk teknis," kata Bupati Paulina dalam sambutannya, pada acara penyaluran bantuan Seroja di Kantor Camat Lobalain.

"Bahwa, sesuai data usulan dari wilayah Kecamatan Lobalain dan Rote Selatan, totalnya sebanyak 2.098 yang mengalami rusak berat, sedang, dan ringan. Setelah dilakukan uji publik, maka berubah menjadi 1.963 unit rumah. Besaran bantuan senilai Rp 22.655.000.000 atau berkurang Rp 1.650.000.000," sebutnya.

Untuk diketahui, selain di Kecamatan Lobalain dan Rote Selatan, penyaluran bantuan tersebut juga telah dilakukan di wilayah timur, yakni, Kecamatan Pantai Baru, Rote Timur Landu Leko, dan Rote Tengah. Total penerima sebanyak 2.452 Kepala Keluarga (KK) dengan proses penyaluranya, dilakukan secara simbolis kepada 50 warga, yang dipusatkan di Kantor Camat Pantai Baru. (*)

PENULIS: Max Saleky

EDITOR: Marthen Bana

  • Bagikan