Kader Senior-Junior vs Kader Struktur

  • Bagikan
IST. PDI-P

Jagoan PDIP di Pilgub NTT

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID – Menjelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Provinsi NTT telah mempersiapkan kader-kadernya untuk bertarung dalam merebut kursi gubernur, bupati dan wali kota.

Salah satu figur PDIP yang disebut-sebut akan maju bertarung pada pemilihan gubernur adalah, Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema. Ansy Lema dideklarasi untuk maju bertarung oleh Milenial Kota Kupang, Relawan Ansy Lema, Minggu (14/4).

Untuk PDIP sendiri, ada empat nama kader yang digadang akan maju bertarung, yakni Andreas Hugo Parera, Herman Hery, Emelia Nomleni dan Ansy Lema.

Emelia Nomleni pun telah menyatakan kesiapannya untuk maju apabila ditugaskan partai dan ketua umum.

"Saya siap berjalan ketika partai membutuhkan dengan yang ditetapkan oleh ketum. Jadi siap atau tidak, kader itu tidak boleh dipandang sebagai pribadi, tetapi sebagai kader partai yang bisa ditugaskan," kata Emelia.

Sementara itu, Milenial Kota Kupang sekaligus Relawan Ansy Lema, Inset Gaet menyatakan dukungannya terhadap Ansy Lema.

"Kami bulat mendukung kaka Ansy Lema untuk maju menjadi calon gubernur NTT. Dukungan ini sepenuh hati," tuturnya.

Melihat deklarasi tersebut, pengamat politik dari Unmuh Kupang, Ahmad Atang mengatakan, deklarasi tersebut hanyalah semacam gerakan politik moral force, tetapi bukan cara untuk meloloskan Ansy Lema maju sebagai calon gubernur NTT.

Menurutnya, apa yang dibuat oleh elemen masyarakat untuk mendukung  Ansy Lema dapat dilakukan juga oleh kandidat lain.

Dikatakan, kepala daerah dari PDIP sebagai partai pemenang pemilu di NTT tahun 2024 tentu sangat siap untuk mengikuti pilgub bulan November mendatang.

Ditegaskan, kesiapan PDIP tidak saja soal jumlah kursi tapi juga soal jumlah kader yang siap bersaing dengan figur dari partai lain.

"Dilihat dari senioritas, maka kader PDIP seperti Herman Hery dan Hugo Parera memiliki akses politik secara nasional. Sedangkan ibu Emi, walaupun sebagai ketua partai dan ketua DPRD NTT selama ini masih berkiprah secara signifikan di level lokal," ujarnya.

Namun dari pengalaman politik pilgub, Emelia dinilai merupakan mantan calon wakil gubernur periode lalu. Sementara tokoh muda yang militan dan ideologis, yakni Ansy Lema merupakan figur berpotensi besar yang dimiliki oleh PDIP saat ini.

"Karena itu, dalam menghadapi pilgub, PDIP tentu punya mekanisme untuk menyeleksi kader yang akan didukung. Dari keempat figur di atas, PDIP akan memasang target calon gubernur bukan calon wakil gubernur," jelasnya.

Maka, mekanisme survei lebih representatif dibandingkan penunjukan atau cara lain. Dengan survei, dapat diperoleh gambaran publik soal siapa yang diinginkan.

Deklarasi yang dilakukan oleh relawan untuk mendukung Ansy Lema pun merupakan salah satu cara mengenalkan Ansy ke publik ditengah perhelatan pilkada.

Sementara itu, pengamat politik dari Unwira Kupang, Urbanus Ola Hurek mengatakan, Ansy Lema merupakan salah satu kader muda brilian. Kiprahnya di Senayan sebagai anggota DPR RI mewakili NTT lantang menyuarakan aspirasi masyarakat NTT.

Namun, untuk mengerucut, Ansy Lema berhadapan dengan kader yang sudah dipercaya masuk dalam struktur kepengurusan partai.

"Jika internal partai punya mekanisme tersendiri dan terbangun komitmen antara para kader PDIP, bukan tidak mungkin mengerucut kedua nama calon gubernur NTT dari PDIP adalah ibu Emelia Nomleni dan politisi cerdas  yang sangat populer di kalangan muda NTT, bung Ansy Lema," urainya.

Selain Ansy, adapun kader PDIP seperti Emelia Nomleni, Herman Hery dan Andreas Hugo Parera pun siap memimpin NTT.

PDIP sebagai organisasi besar tentu memiliki mekanisme tersendiri untuk menyaring para kandidat dari PDIP. Menakar peluang keempat kandidat ini setidaknya ditelusuri dari militansi kader.

"Basis konstituen serta rekam jejak berkiprah pada panggung politik sejauh ini. Menakar dengan tiga indikator tersebut, peluang besar PDIP menjatuhkan pilihan pada Hugo Parera dan ibu Emi Nomleni," jelas Urbanus.

Ditilik dari militansi kader, kedua kader teruji militansinya sehingga dipercayakan masuk dalam struktur kepengurusan PDIP.

"Ibu Emy dipercayakan sebagai ketua DPD PDIP NTT dan Hugo Parera saat ini sebagai salah satu ketua DPP PDIP. Basis konstituen kedua tokoh teras PDIP ini pun mentereng raihan suara pada pileg 2024, walaupun dalam level berbeda," terangnya.

Rekam jejak kedua politisi kawakan PDIP ini pun sama-sama mentereng.

Sementara itu, pengamat politik dari Undana, Yohanes Jimmy Nami menyebut, bisa saja deklarasi tersebut merupakan petunjuk partai.

"Bisa jadi pembentukan relawan Ansy Lema atas petunjuk partai," ujarnya.

Dikatakan, bergantung pada sikap partai saja bagaimana membangun relasi antara pusat dan daerah sesuai dengan ideologi PDIP. Misalkan, kader dengan postur politik seperti apa yang dibutuhkan di pusat, demikian juga di daerah, kader dengan postur politik seperti apa yang bisa menjaga marwah dan eksistensi politik partai di daerah.

"Pertimbangan lainnya ya basis elektoral, konfigurasi kader juga akan menjadi pertimbangan, kader senior dan kader junior, kader yang masuk dalam struktur organisasi atau bukan, afirmasi gender. Hal-hal ini akan menjadi pertimbangan PDIP sebelum mengambil sikap politik," tambahnya.

Emelia Nomleni merupakan kader perempuan cukup potensial, ketua DPRD Provinsi NTT, pengalaman organisasi mumpuni layak didorong dengan tingkat penerimaan publik yang cukup baik. Sementara itu, Ansy Lema kader muda yang cukup teruji kinerjanya periode lalu sangat progresif dan punya cukup kapasitas untuk dibranding sebagai tokoh muda NTT.

Sedangkan Andreas Hugo dan Herman Hery tokoh senior yang bisa jadi penghubung atau jembatan bagi distribusi sumberdaya yang ada di pusat untuk direlokasi ke daerah NTT.

"Masing-masing punya karakteristik politik ya bergantung pada apa yang diproyeksikan PDIP untuk masa depan NTT," tandasnya. (cr1/ays)

  • Bagikan