Perempuan GMIT Klasis Kota Kupang Gelar Pesparawi, Libatkan Denominasi Lain

  • Bagikan
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ketika memukul gong tanda dibukanya Pesparawi Perempuan GMIT Klasis Kota Kupang ke III di Gedung Gereja Paulus Kota Kupang, Kamis (3/11). (FOTO: INTHO HERISON TIHU/TIMEX)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Klasis Kota Kupang kembali menyelenggarakan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Perempuan GMIT ke III Tahun 2022. Pesparawi ini dibuka secara resmi Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat di gedung GMIT Paulus, Kamis (3/11).

Perlombaan yang dihelat dua tahun sekali itu sempat tertunda karena pandemi Covid-19 yang melanda masyarakat dunia sehingga tidak diizinkan Satgas Covid-19.

Pesparawi Perempuan GMIT ini diikuti utusan dari 19 gereja. Tidak hanya gereja GMIT namun juga dimeriahkan oleh denominasi lain di Kota Kupang. Serimoni pembukaan diawali dengan kebaktian bersama dipimpin Pdt. Yance Tefa-Billi, pelayanan Gereja Ebenhaezer Oeba, dan dilanjutkan dengan sambutan-sambutan.

Pdt. Yance Tefa Billi sebelum mengakhiri khotbahnya mengatakan, pesta orang Timor selalu identik dengan kebahagiaan dan sukacita, namun pesta ini merupakan pesta gerejawi yang juga dilakukan dengan kebahagiaan serti memuliakan nama Tuhan.

Menurutnya, pesta rohani bukan untuk mengutamakan penampilan siapa yang lebih baik. Bukan juga untuk memamerkan pakian baru dan punya siapa yang paling mahal tetapi untuk menyatakan iman. "Kita bukan mau menampilkan pakaian baru dan yang termahal di sini, tetapi kita harus memuliakan nama Tuhan dengan kebahagiaan bersama," tuturnya.

Pdt. Yance menambahkan, pesta paduan suara ini juga bukan sebagai ajang untuk mencari siapa yang paling hebat dan siapa yang juara. "Intinya kita ingin kebahagiaan dalam iman Kristen dapat disalurkan di tempat ini. Siapa juara dan tidak, itu urusan kedua. Kita harus bersaing dengan sehat dalam memuliakan nama Tuhan," pesannya kepada umat dan peserta.

Ketua Panitia, Stofinson Taopan-Fointuna menjelaskan, kegiatan Pesparawi Peremuan GMIT pertama kali digelar pada 2016. Saat itu berlangsung di Gereja Syalom Airnona, Kota Kupang. Pesparawi kedua digelar di Gereja Ebenhaezer Oeba dan ketiga di Gereja Paulus.

"Pesparawi ketiga itu sebenarnya berlangsung di Gereja Kota Baru pada 2020 namun bertepatan dengan pandemi Covid-19 sehingga tidak diizinkan dan Seroja lalu baru digelar tahun ini di Gereja Paulus," katanya.

Menurut Stofinson, panitia juga mengundang klasis lainnya dan dedominasi lain. Selain menggelar Pesparwi, acara ini juga dibuat untuk mendukung program pemerintah, yakni memamerkan produk UMKM yang dihasilkan dari perempuan jemaat di Klasis Kota Kupang.

Stofinson menyebutkan, Pesparawi ini bertujuan meningkatkan persekutuan perempuan, menjalin kerja sama dengan perempuan denominasi lain, mengembangkan bakat, dan talenta seni perempuan, mengembangkan kompetensi yang sehat diantara perempuan dan sebagai wadah kaderisasi kaum perempuan.

"Kita gelar kegiatan ini selama dua hari, tanggal 3-4 November di Gedung Gereja Paulus Kota Kupang dengan melibat 19 peserta. 15 peserta diantaranya dari lingkup Klasis Kota Kupang, Klasis Kupang Timur dan dari denominasi lain," sebutnya.

Ketua Majelis Klasis Kota Kupang, Pdt. Jecky Adam mengatakan, pesta iman dalam hubungan dengan lomba tersebut sedikit berbeda karena adanya kerja sama dengan Dekranasda NTT.

"Jadi tidak saja mendengar suara-suara merdu dari perempuan-perempuan GMIT tapi juga kita bisa menyaksikan hasil karya mereka di stan-stan yang di luar," katanya.

Pdt. Jecky juga mengingatkan bahwa tahun 2023 mendatang berpotensi terjadi krisis pangan. Untuk itu, ibu-ibu diminta berkarya lebih baik sehingga dapat memberdayakan dan meningkatkan ekonomi rumah tangga.

"Kami terus mengimbau agar pemberdayaan ekonomi jemaat terus dihidupkan karena yang paling merasakan krisis itu adalah ibu-ibu," pesannya.

Kepada para peserta, Pdt. Jecky juga berpesan agar dalam lomba tersebut, tidak harus mencari siapa kalah dan menang, tetapi yang paling penting adalah ingin memuliakan dan membesarkan nama Tuhan.

"Ketika kita hadir dengan motivasi seperti ini, maka semua keputusan yang diberikan dewan juri tentu diterima dengan baik karena dewan juri berlisensi dan berkualitas," tandasnya.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dalam sambutannya mengatakan dalam membangun sebuah kuayer untuk bernyanyi tidak gampang. Begitu ada kuayer atau paduan suara maka, disitulah akan lahir simfoni.

Untuk melahirkan simfoni tidak gampang, dan untuk paduan suara yang terampung akan menciptakan kolaborasi yang baik dengan suara yang indah.

"Tidak mungkin semua suara satu abis, tidak enak didengar oleh orang, itu bukan paduan suara namanya. Jadi, kalau keragaman tentunya harus bervariasi dari suara satu, suara dua, suara tiga maupun suara empat," ujarnya.

Ia menambahkan, dalam paduan suara yang dibutuhkan menerima perbedaan, yang nantinya akan memberikan dampak yang menguatkan. "Karena itu, untuk melatih paduan suara, yang paling penting menerima perbedaan itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Karena keragaman membawa penguatan," sebut Viktor.

Ia juga mengimbau kepada para peserta/kontingen, yang akan berlomba, selamat berlomba dan berlomba secara baik. "Sekali lagi selamat berlomba, kepada para peserta, lakukankan perlombaan dengan baik, dan mampu melayani kita semua dengan baik," tandasnya. (r3)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan