Kaya Hasil Perikanan, Minim Pengetahuan

  • Bagikan
IST PELATIHAN. Peserta pelatihan serius mengikuti proses pelatihan cara Diversifikasi Olahan Perikanan di Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sarai.

Tim PKM FPIK UKAW Kupang Latih Diversifikasi Olahan Perikanan

KUPANG, TIMEX.FAJAR.CO.ID-Kabupaten Sabu Raijua (Sarai) merupakan salah satu kabupaten dengan kekayaan alam dan penyumbang hasil perikanan terbanyak di Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun belum dikelola secara baik untuk dikomersialkan. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang diversifikasi olahan perikanan.

Melihat potensi pengembangan ekonomi masyarakat melalui hasil perikanan ini, tim pelaksanaan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang turun tangan melakukan pelatihan kepada kelompok masyarakat.

Dipimpin langsung Dekan FPIK Umbu P. L. Dawa, S.Pi., M.Sc dengan anggota Dewi S. Gadi, S.Si.,M.Si, Mada M. Lakapu, S.Si., M.Si dan Edwin E. Ramli, S.Pi asal Program Studi (Prodi) Teknologi Hasil Perikanan (THP) memberikan pelatihan tentang pengelolaan hingga pemasaran produk perikanan.

Tim PKM FPIK UKAW Kupang ini bekerja sama dengan SMKN 1 Sabu Barat ini menjadikan kelompok warga (Aparat Pemerintah, Ibu-ibu PKK, Pihak Gereja dan Pemuda/i) di Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sarai sebagai mitra pelatihan sejak tanggal 5-17 Desember 2023.

Ketua Tim PKM, Umbu P. L. Dawa menjelaskan SMKN 1 Sabu Barat menjadi pioner utama dalam mewakili kelompok yang berkeinginan dilatih untuk membuat produk diversifikasi olahan perikanan.

Produk olahan hasil perikanan telah diupayakan oleh mitra masih perlu dikembangkan usahanya dengan penguatan kapasitas dalam hal manajemen produksi selama ada upaya dalam pengembangannya.

Dikatakan mitra PKM tersebut sebelumnya didampingi siswa-siswi SMKN 1 Sabu Barat dan sudah menghasilkan produk olahan seperti bakso ikan/rumput laut, nugget ikan/rumput laut, kaki naga, abon ikan, manisan rumput laut dan stik rumput laut tetapi masih bersifat sangat sederhana dan harus terus dikembangkan.

“Dari sisi kondisi ekonomi rata-rata 60 persen yang tergabung dalam mitra kerja dalam hal ini adalah kelompok ibu-ibu yang belum memiliki pekerjaan tetap dan masih minim pengetahuan,” ujarnya.

Dikatakan, kehadiran kelompok pengolahan hasil perikanan akan membantu mitra untuk meningkatkan usaha agar memiliki pendapatan tetap. Disisi lain, kehadiran kelompok tersebut merupakan aset Gereja dan masyarakat dalam pengembangan usaha kelompok untuk meningkatkan pendapatan keluarga dengan membuat produk olahan perikanan, tetapi dalam produksinya masih berskala sangat kecil sehingga pemasarannya masih dikalangan sendiri.

“Melihat ada peluang pengembangan produksi untuk peningkatan pendapatan keluarga, maka usaha untuk meningkatkan ekonomi jemaat dan masyarakat menjadi perhatian yang perlu ditindaklanjuti oleh mitra melalui pengembangan kegiatan yang merangsang daya inovasi jemaat dan masyarakat untuk lebih mandiri dan sejahtera,” ungkapnya.

Dijelaskan bahwa urgensi permasalahan adalah mitra belum memiliki pekerjaan tetap dan terbatas pada teknik pengolahan, teknik pengemasan, pemasaran produk yang dihasilkan dan analisa usaha sederhana yang dapat dijadikan panduan untuk melakukan usaha kelompok yang mandiri.

“Berdasarkan kenyataan yang ada maka layaklah kami sebagai dosen pada Prodi THP menjadikan kelompok warga Desa Menia sebagai mitra. Prioritas utama yang akan dilakukan adalah memberikan pelatihan tentang cara diversifikasi olahan hasil perikanan untuk menjadi produk,” katanya.

Lanjut Umbu Dawa, tujuan dari dilaksanakan PKM adalah untuk peningkatan pengetahuan mitra di Desa Menia Sabu Raijua tentang Pelatihan Diversifikasi Olahan Perikanan. Tujuan ini mengacu pada permasalahan dan Analisa situasi mitra.

“Kami memberikan solusi meningkatkan kapasitas kelompok dalam jemaat/masyarakat baik dalam hal keterampilan maupun pengetahuan tentang manajemen produksi dan pemasaran yang terstandar yaitu dengan cara memberikan pelatihan membuat produk olahan dengan penerapan langsung manajemen produksi dan pemasaran,” bebernya.

“Pada akhirnya produk yang dihasilkan mampu menjadi produk olahan yang siap dipasarkan, sehingga produk akhir yang spesifik menjadi produk yang dapat menjangkau pasar lokal, regional bahkan dapat dikembangkan untuk produk industri rumah tangga,” tambah Umbu Dawa. (r3/thi)

  • Bagikan